Akar Segala Kejahatan
“Karena akar segala
kejahatan adalah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah
menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1
Timotius 6:10).
Hubungan antara
kesalehan seseorang dengan kekayaan sungguh merupakan teka-teki.
Orang Yahudi menganggap
kekayaan sebagai tanda berkat dari Allah, “Dialah yang memberikan kepadamu
kekuatan untuk memperoleh kekayaan” (Ul.8:18). “Juga TUHAN akan melimpahi
engkau dengan kebaikan… sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa,
tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman” (Ul. 28:11,12).
Namun Yesus berfirman:
“Lebih mudah seekor unta masuk melalu lobang jarum dari pada seorang kaya masuk
ke dalam Kerajaan Allah” (Mat. 19:24). Tetapi bagaimana mungkin pelayanan Yesus
akan berhasil tanpa dukungan murah hati dari orang kaya? Dan orang-orang
Kristen kepada siapa Yakobus memberi nasihat pun memandang orang kaya dengan
penuh hormat. “Kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan
berkatanya: Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!, sedang kepada orang
yang miskin itu… ‘Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku! (Yak2:3).
Paulus nampaknya hanya
menambah kebingungan ini. Dalam 1 Korintus 10: 4 ia menulis: “Jangan seorang
pun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap
orang mencari keuntungan orang lain.” Apakah sesungguhnya yang ia
maksudkan? Apakah ia sedang memperingati sikap iri hati? Bukan. Apa yang
kebanyakan dari kita tak menyadarinya adalah bahwa kata “kekayaan” tidak ada di
dalam teks bahasa Yunani. Paulus sebenarnya sedang mengatakan sesuatu seperti
ini: “Jangan seorang pun yang ingin mengunggulkan diri, tapi berikanlah kepada
orang lain.” Ia sedang menganjurkan sikap tidak mementingkan diri sendiri –
agak lebih jelas dibandingkan terjemahan versi King James.
Ketika menasihati
Timotius ia menyikat orang yang kaya… benarkah demikian? “Karena akar segala
kejahatan ialah cinta uang” (1 Tim. 6:10).
Pertama kita harus
mengetahui bahwa Paulus sedang melebih-lebihkan sesuatu. Cinta akan
uang bukanlah akar dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa. Uang belum ada di
Eden, meskipun mungkin kita mengerti bahwa istilah Paulus ini merupakan tanda
untuk sikap mementingkan diri sendiri.
Kedua, konteks
menunjukkan mengapa Paulus kelihatan begitu negative bila berbicara soal
kekayaan. Uang itu sendiri tidaklah jahat dan bahkan ternyata cukup
bermanfaat. Namun demikian, cinta uang adalah bagian dari ketamakan dan
keinginan yang berlebihan untuk kaya dapat membuat orang kehilangan iman.
Ketika fokus pada uang membutakan kita pada hal-hal yang lebih penting, kita
sedang menjebloskan diri ke dalam lembah penderitaan – suatu jenis bunuh diri
rohani. Tak heran bila Yesus memerintahkan: “Kumpulkanlah bagimu harta di
sorga” (Mat. 6:20).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar