Yosua 9:1-27
Menghadapi Perubahan
=============
Perubahan adalah sesuatu yang pasti dalam sejarah kehidupan manusia. Setiap orang meresponsnya dengan cara beragam pula. Ada yang siap dan menerimanya. Namun, ada juga yang kesulitan beradaptasi dengannya. Bagi yang sigap menyesuaikan diri, perubahan akan mendatangkan kemajuan. Sebaliknya, mereka yang lambat akan tergilas perubahan itu sendiri.
Perubahan sedang terjadi dalam kehidupan orang Gibeon. Sejak mengetahui kehadiran orang Israel, mereka menjadi gentar. Pasalnya, mereka sudah mendengar apa yang dilakukan orang Israel di Yerikho dan Ai (3). Apalagi, mereka mendengar bahwa orang Israel juga akan menghampiri wilayah mereka. Mereka menjadi ketakutan.
Untuk mengatasi itu, mereka mencoba memasang akal (4). Mereka ingin memohon belas kasihan kepada Israel. Bagaimana caranya? Dengan pakaian compang-camping, mereka mendatangi Yosua (6). Mereka mengaku datang dari tempat jauh. Mereka mengatakan sudah mendengar kabar tentang kebesaran Tuhan (9). Karena itu, mereka ingin mengikat perjanjian dengan Israel (11). Mereka menyerahkan segala harta milik sebagai bukti penyerahan diri (12-13).
Tanpa meminta persetujuan Allah, Israel langsung menyetujui perjanjian itu (14). Akhirnya, mereka pun mengikat persahabatan (15).
Baru tiga hari kemudian, Yosua baru sadar bahwa orang Gibeon telah membohonginya (16). Ternyata, mereka datang bukan dari tempat jauh, namun dari tengah-tengah wilayah itu. Namun, karena sudah sudah terlanjur mengikat perjanjian, Yosua tidak bisa memusnahkan mereka (19). Akhirnya, Yosua mengutuk orang Gibeon menjadi tukang belah kayu dan timba air selamanya (23).
Kisah ini mengajarkan kita tentang menyikapi perubahan. Bagaimana cara kita merespons perubahan? Apakah kita seperti orang Gibeon yang menanggapinya dengan rasa takut? Atau seperti orang Israel yang tidak meminta keputusan Tuhan terlebih dahulu?
Doa: Tuhan Yesus, bimbinglah kami agar bijaksana dalam menyikapi segala perubahan. [KT]