Senin, 30 Oktober 2017

Renungan Pagi 31 Oktober 2017

Para Raksasa Terus Berdatangan
“Lalu terjadilah lagi pertempuran di Gat; dan di sana ada seorang yang tinggi perawakannya , yang tangannya dan kakinya masing-masing berjari  enam; dua puluh empat seluruhnya; juga orang ini termasuk keturunan raksasa” (2 Samuel 21:20).
Sepertinya tidak ada akhir perang berkepanjangan antara bangsa Israel dan Filistin. Benar, Daud telah mempermalukan musuh-musuhnya di dalam perang melawan Goliat, tetapi mereka datang kembali, satu raksasa pergi yang lainpun datang. Pertama, Yisbi-Benob (ayat 16), lalu Saf (ayat 18), lalu saudara Goliat yang tidak disebutkan namanya (ayat 19), dan sekarang seorang yang tidak bernama, tinggi perawakannya, yang tangan dan kakinya masing-masing berjari enam (ayat 20). Ya, para raksasa “terus berdatangan.”
Pertempuran panjang antara Daud dan para raksasa dari Filistin adalah gambaran dari peperangan kita dengan Iblis yang ada di dalam diri kita yang berdosa. Ini adalah warisan para raksasa kecendrungan untuk berbuat jahat – sama seperti raksasa yang cendrung berbuat jahat itu. Kecendrungan untuk berbuat salah yang diperoleh dan dikembangkan yang terakhir ini adalah selera dan kebiasaan karena dapat dibuang, misalnya, kesenangan dan kepelisiran (Amanat kepada Orang Muda, hlm. 48) – hal ini bisa dan harus dihilangkan.
Tetapi kecendrungan warisan, semua tuntutan daging  yang merupakan bagian dari kejahatan alamiah sejak lahir tidak dapat dihilangkan. Setelah pertobatan, hal-hal itu tidak dapat mengontrol kita, tetapi terus saja mengganggu dan mendesak kearah kejahatan karena itu adalah alamiah kita. Pemberantasan hal-hal itu terjadi ketika yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati (1 Kor. 15:54). Namun demikian, karena keinginan daging tidak dapat dihilangkan, mereka dapat dan harus ditaklukkan (Membina Kehidupan Abadi, hlm. 272), dibatasi (Testimonies for the Church, jld. 5, hlm. 127, 128), ditundukkan (ibid., hlm. 648), dikontrol,(ibid., jld. 4, hlm. 235), ditaklukan (Membina Keluarga Bahagia, hlm. 119), dan ditekan (Gospel Workers, hlm. 127,128). Dan ini adalah “pekerjaan seumur hidup” – peperangan yang tidak pernah berakhir adalah melawan kuasa sifat alami.
Kemenangan Daud, sebagai prajurit pemberani memberikan semangat kepada kita. Dia tidak hanya membunuh raksasa Goliat, tetapi dia juga membunuh yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa dalam peperangannnya melawan bangsa Filistin, walaupun para raksasa terus berdatangan, Daud tetap menang! Ini juga bisa terjadi dalam kehidupan kita. Sebagaimana surga menyediakan masa depan bagi Raja Israel dengan kebijaksanaan dan keberanian dan kekuatan untuk menang dalam pertentangan besar, Tuhan kita dan kekuatan Firman-Nya memperlengkapi kita dengan kemenangan terus-menerus mengalahkan raksasa diri, dan pada kedatangan-Nya , menerima upah yang kekal.

Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...