Shalom !
“Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya. Lekaslah
bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin
pada jarinya dan sepatu pada kakinya” (Lukas 15:22)
Itu adalah sebuah pemandangan yang menyedihkan. Setelah
bertahun-tahun ia kembali. Kembali dari kehidupan bersenang-senang, dari
menabur lalang gandum liar, dari membuang-buang kekuatannya pada pikiran yang
tidak tetap, berpesta pora dengan teman-teman, menyia-nyiakan semua warisan
yang cukup besar pada peristiwa yang membuat dia kering terkuras habis, dan
putus asa. Tetapi sekarang ketika ia kembali, wilayah yang lazim baginya
menyapa matanya: Ladang gandum yang luas, lumbung yang baru digarap, ternak
yang merumput, dan pemandangan indah dari gunung yang megah. Itu adalah
pemandangan sambutan yang hangat. Namun, cahaya di hatinya tidak cocok dengan
berongga di perutnya. Dia senang, tapi dia takut. Apakah yang akan ayahnya
lakukan? Apakah dia akan menyuruhnya pergi, membuangnya ke tempat para hamba,
membacakan tentang perbuatannya yang jahat, dan menolak dia untuk diampuni?
Mungkin ada cara yang lebih baik untuk melakukan hal ini.
Mungkin dia harus meminta salah satu dari hamba, yang mungkin mengenalinya,
untuk menghadap ayahnya dan bertanya apakah tidak masalah jika dia datang
kembali dan dengan demikian menghindari rasa malu karena ditolak. Tetapi
sebelum ketakutannya mengalahkan harapannya, lihatlah, ayahnya, bersama para
hambanya di belakang, berlari dengan tangan terbuka lebar! Ketika tiba, dia merangkulnya
denga hangat, pelukan penuh air mata, ia sesungguhnya diampuni,
diinginkan, dan diterima.
Dia diterima, tetapi ia tidak siap untuk masuk kerumah
ayahnya. Pakaiannya compang-camping, rambutnya kusut, dan ia dengan jelas
mewakili bau babi dari dirinya. Ia diampuni, tapi tidak siap diterima, tapi
tidak pantas, untuk masuk kembali harus didahului dengan keberadaannya yang
bersih dan berpakaian. Itulah sebabnya mengapa sang ayah memerintahkan untuk
memberikan pakaian yang baru kepadanya sebelum pesta penyambutan dimulai.
Dan seperti anak yang hilang, kita tidak siap. Meskipun
bertobat dan diampuni, ia tidak melayakkan kita untuk hidup dalam kerajaan
kemuliaan, kita harus dibersihkan dengan tepat dan berpakaian. Pakaian yang
kita terima adalah pakaian terbaik yang surga dapat berikan. Jubah kebenaran
Kristus. Itulah yang menginspirasi nabi untuk menulis: “Dengan ketaatan-Nya
yang sempurna Dia telah memenuhi tuntutan hukum, dan satu-satunya harapan saya
terdapat dalam memandang kepada Dia sebagai pengganti saya,… yang menaati hukum
dengan sempurna bagi saya” (Selected Message, jld. 1 hlm.396).
Immanuel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar