Selasa, 26 Maret 2019

Saat Teduh 29 Maret 2019 : Kembali pada yang Sakral


Imamat 7:22-27


7:22 TUHAN berfirman kepada Musa: 7:23 "Katakanlah kepada orang Israel: Segala lemak dari lembu, domba ataupun kambing g  janganlah kamu makan. 7:24 Lemak bangkai atau lemak binatang yang mati diterkam h  boleh dipergunakan untuk segala keperluan, tetapi jangan sekali-kali kamu memakannya. 7:25 Karena setiap orang yang memakan lemak dari hewan yang dipergunakan untuk mempersembahkan korban api-apian bagi TUHAN, nyawa orang yang memakan itu, haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya. 7:26 Demikian juga janganlah kamu memakan darah i  apapun di segala tempat kediamanmu, baik darah burung-burung ataupun darah hewan. 7:27 Setiap orang yang memakan darah j  apapun, nyawa orang itu haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya."
================================================
Sejak sekularisme lahir dari rahim modernisme, istilah "sakral" akhirnya mengalami kerancuan. Sebagai manusia modern, kita kebingungan di dalam menentukan batas kesakralan. Bahkan mungkin istilah ini sudah hampir punah dalam percakapan kita sehari-hari. Kebudayaan modern, yang memuliakan sains, membuat kita enggan membicarakan perihal kesakralan.
Misalkan, upacara mempersembahkan kurban binatang pada Perjanjian Lama. Bagi kita, ritual ini seolah tampak primitif dan barbar. Padahal, di balik seremoni itu, umat Israel sedang merayakan penghormatan sakral pada kehidupan.

Umat Israel sangat menguduskan lemak dan darah yang digunakan sebagai mempersembahkan kurban bagi Tuhan. Barang siapa memakan lemak dari persembahan, nyawanya harus dilenyapkan (25). Perlakuan sama ditujukan pada darah (26). Alasannya, bagi orang Israel, darah adalah pembawa kehidupan (Imamat 17:11-14).

Jadi sebenarnya, nas ini bukan perihal makan/minum semata. Setidaknya, ada dua prinsip penting di sini. Pertama, umat Israel harus menghormati Tuhan. Kurban (lemak) yang ditujukan kepada-Nya jangan diperlakukan sembarangan. Kedua, terkait dengan darah, umat harus menghargai kehidupan. Darah tidak boleh tercurah sembarangan sebab dari sanalah kehidupan bermula.

Kesakralan menjadi penting karena ia akan membantu kita menentukan batas. Batasan berpengaruh besar bagi kita dalam menata kehidupan agar diperkenan oleh Tuhan. Mengenal batasan (kesakralan) ini telah hilang dalam budaya kita hari-hari ini. Akibatnya, kita menghalalkan segalanya. Masyarakat kita tidak lagi mengerti mengatur rumah tangga karena kawin dan cerai adalah biasa. Kita sukar mengatur uang karena derasnya tarikan hidup hura-hura. Kita terjerat oleh jaring-jaring hedonisme. Akhirnya, kita liar dan mirip manusia barbar.

Sudah saatnya kita kembali pada nilai-nilai yang sakral.

Doa: Tuhan, bimbinglah kami agar kembali pada nilai-nilai kesakralan-Mu. [IM]

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...