Imamat 6:8-13
===============================================
Dalam Perjanjian Lama, umat perlu mempersembahkan kurban sesuai perintah Allah. Selama seremoni pembakaran kurban, tiap kelompok punya tugas yang berbeda-beda. Tugas umat sebatas menyembelih, menguliti, dan memotong-motong binatang kurban. Selebihnya adalah tugas imam, yaitu meletakkan hewan kurban di mazbah. Peran ini penting, sehingga lewat Musa, Tuhan memberi perintah khusus kepada mereka (8).
Para imam wajib mempersembahkan kurban bakaran dua kali setiap hari, yaitu pagi dan petang. Kurban bakaran pada waktu petang harus tinggal di atas perapian semalam suntuk sampai pagi. Api di mazbah juga mesti dipelihara agar terus menyala (9). Keesokan harinya, imam akan mengangkat abu dari atas mazbah dan membuangnya ke tempat yang tahir (10-11). Saat pagi tiba, imam wajib membakar kurban lagi sebagai persembahan pagi.
Perintah agar api mazbah harus terus menyala ditekankan sampai tiga kali (9, 12, 13). Dalam Kel. 29:38-46 disebutkan bahwa kurban bakaran harus terus ada. Mengapa? Sebab pada momen itulah Tuhan akan bertemu umat-Nya.
Kita melihat bahwa kurban bakaran ternyata wajib selalu ada. Ini menegaskan kontinuitas ibadah. Ibadah tidak dilakukan hanya pada waktu tertentu. Ibadah justru harus berlangsung terus-menerus. Apinya mesti tetap berkobar dalam setiap detik kehidupan.
Sebagai umat Perjanjian Baru, ritual ibadah dalam Perjanjian Lama tidak perlu lagi kita lakukan. Alasannya sederhana, Kristus sudah menggenapinya menjadi kurban terakhir. Akan tetapi, prinsip dari Perjanjian Lama tidak otomatis gugur. Pasalnya, Paulus memerintahkan kita mempersembahkan tubuh. Bagi Paulus, itu adalah persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada-Nya. Itulah ibadah sejati yang dikehendaki Allah bagi setiap umat-Nya (Rm. 12:1).
Pertanyaan penting bagi kita: "Apakah seluruh hidup sudah kita persembahkan sebagai ibadah kepada Tuhan?"
Doa: Tuhan, ajarilah kami untuk mempersembahkan hidup sebagai ibadah kepada-Mu. [IT]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar