Jumat, 22 Maret 2019

Saat Teduh 23 Maret 2019 : Hidup Sebagai Ibadah


Imamat 6:8-13


6:8 TUHAN berfirman kepada Musa: 6:9 "Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban bakaran. f  Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah g  haruslah dipelihara menyala di atasnya. 6:10 Imam haruslah mengenakan pakaian h  lenannya, dan mengenakan celana lenan untuk menutup auratnya. i  Lalu ia harus mengangkat abu j  yang ada di atas mezbah sesudah korban bakaran habis dimakan api, dan haruslah ia membuangnya di samping mezbah. 6:11 Kemudian haruslah ia menanggalkan pakaiannya dan mengenakan pakaian lain, lalu membawa abu itu ke luar perkemahan ke suatu tempat yang tahir. k  6:12 Api yang di atas mezbah itu harus dijaga supaya terus menyala, jangan dibiarkan padam. Tiap-tiap pagi imam harus menaruh kayu l  di atas mezbah, mengatur korban bakaran di atasnya dan membakar segala lemak m  korban keselamatan n  di sana. 6:13 Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan padam."
===============================================

Dalam Perjanjian Lama, umat perlu mempersembahkan kurban sesuai perintah Allah. Selama seremoni pembakaran kurban, tiap kelompok punya tugas yang berbeda-beda. Tugas umat sebatas menyembelih, menguliti, dan memotong-motong binatang kurban. Selebihnya adalah tugas imam, yaitu meletakkan hewan kurban di mazbah. Peran ini penting, sehingga lewat Musa, Tuhan memberi perintah khusus kepada mereka (8).

Para imam wajib mempersembahkan kurban bakaran dua kali setiap hari, yaitu pagi dan petang. Kurban bakaran pada waktu petang harus tinggal di atas perapian semalam suntuk sampai pagi. Api di mazbah juga mesti dipelihara agar terus menyala (9). Keesokan harinya, imam akan mengangkat abu dari atas mazbah dan membuangnya ke tempat yang tahir (10-11). Saat pagi tiba, imam wajib membakar kurban lagi sebagai persembahan pagi.

Perintah agar api mazbah harus terus menyala ditekankan sampai tiga kali (9, 12, 13). Dalam Kel. 29:38-46 disebutkan bahwa kurban bakaran harus terus ada. Mengapa? Sebab pada momen itulah Tuhan akan bertemu umat-Nya.

Kita melihat bahwa kurban bakaran ternyata wajib selalu ada. Ini menegaskan kontinuitas ibadah. Ibadah tidak dilakukan hanya pada waktu tertentu. Ibadah justru harus berlangsung terus-menerus. Apinya mesti tetap berkobar dalam setiap detik kehidupan.

Sebagai umat Perjanjian Baru, ritual ibadah dalam Perjanjian Lama tidak perlu lagi kita lakukan. Alasannya sederhana, Kristus sudah menggenapinya menjadi kurban terakhir. Akan tetapi, prinsip dari Perjanjian Lama tidak otomatis gugur. Pasalnya, Paulus memerintahkan kita mempersembahkan tubuh. Bagi Paulus, itu adalah persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada-Nya. Itulah ibadah sejati yang dikehendaki Allah bagi setiap umat-Nya (Rm. 12:1).

Pertanyaan penting bagi kita: "Apakah seluruh hidup sudah kita persembahkan sebagai ibadah kepada Tuhan?"

Doa: Tuhan, ajarilah kami untuk mempersembahkan hidup sebagai ibadah kepada-Mu. [IT]

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...