Terhitung di Antara Para Pemberontak
“Sebab Aku
berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan
terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang
Aku sedang digenapi." (Lukas 22:37).
Kapankah Adam
Kedua dianggap sebgai orang berdosa? Bukan ketika Dia masih bayi, karena
seperti yang dinyatakan malaikat Dia datang sebagai makhluk yang suci (Luk.
1:35). Bukan Ketika Dia masih seorang pemuda, karena Ia “bertambah hikmat-Nya
dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk. 2:52). Bukan
ketika Dia sebagai guru keliling yang suka berbuat baik-masih banyak perbuatan
baik lain yang diperbuat oleh Yesus, jikalau semuanya itu harus dituliskan,
dunia ini tidak dapat memuat semua kitab itu. (lihat Yoh. 21:25). Kalau begitu,
kapan, Dia menggenapi peran-Nya sebagai salah satu orang yang berdosa? Ia
melakukannya di Taman Getsemani ketika ia memasuki tahap akhir pelayanan-Nya di
bumi.
Dia yang
telah menjadi perantara bagi orang lain membutuhkan perantara. Untuk pertama
kalinya sejak masa kekekalan, Ia menjadi terasing dari Bapa-Nya. Sebelum
Getsemani Dia dan Bapa adalah satu; selalu selaras dengan sempurna dalam
pemikiran dan tindakan. Tetapi di Taman Getsemani, di mana Ia mengambil alih
dosa dunia, Dia yang adalah Sahabat Allah menjadi musuh-Nya obyek murka-Nya.
Dengan pergi ke Getsemani, Dia tidak hanya menyeberangi sungai Kidron (Yoh.
18:1), tetapi juga menyeberangi jembatan takdir dari bersama dengan Allah
menjadi teridentifikasi sebagai yang jahat.
Ellen white
mengomentari perjalanan-Nya masuk ke Getsemani “Tetapi sekarang tampaknya Ia
terpisah dari terang hadirat Allah yang memberi kekuatan. Sekarang Ia termasuk
di antara para pelanggar. Kesalahan manusia yang telah jatuh harus
ditanggung-Nya. Di atas-Nya yang tidak tahu berdosa harus di letakkan kesalah
kita semuanya.” (Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 327). Dan; “Kristus kini
sedang berdiri dalam sikap yang berbeda dengan sikap yang dalamnya Ia pernah
berdiri dahulu” (ibid., hlm. 329).
Yesus tidak
hanya dijauhkan dari takhta kemuliaan-Nya dan tinggal bersama manusia, tetapi
juga dengan menarik dosa kita ke atas kemanusiaan-Nya yang tidak berdosa, Dia
membuat dirinya rentan kepada sikap surga atas kejahatan-Ia menjadi kutuk (Gal.
3:13). Dia yang pernah menjadi “Pengampun dosa” menjadi “penanggung dosa” dan
menjadi korban bagi kita semua.
Adalah
desakan dari kejahatan kita yang membuat Dia terhitung di antara para
pemberontak dan sebagai pemberontak. Adalah beban kejahatan kita yang
menghancur hati-Nya yang besar. Adalah fakta pengorbanan-Nya yang meluluhkan
kehendak kita dan mengilhami pengabdian kita dalam kehidupan sehari-hari. Immanuel. (BS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar