Hamba Kita Yang Sukarela
“Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan
Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan melainkan
telah mengosongkan diri-Nya
sendiri ,
dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:6,7)
Salah satu dari banyak di mana Yesus menunjukkan dirinya
sebagai hamba adlah dalam status yang Dia pikul. Adam Kedua kita, secara
radikal berbeda dengan kepala ras kita yang semula, dimulai dari keadaan yang
paling sederhana.
Hamba hampir selalu orang yang status social ekonominya
lebih rendah daripada mereka yang rumahnya mereka bersihkan, mobilnya yang
mereka cuci, pekarangannya yang mereka perindah, atau tugasnya yang mereka
kerjakan. Dengan pengecualian orang India yang sejak dahulu terstruktur sebagai
kelas bawah yang memercayai bahwa itu adalah takdir Ilahi, sebagian besar hamba
akan dengan senang hati akan menjual posisi mereka untuk status yang lebih
istimewa.
Yesus, bagaimanapun, menawarkan diri untuk menjadi hamba
kita. Dia memilih untuk masuk ke dunia kita dalam kategori social terendah.
Beberapa orang mengatakan bahwa ketidakmampuan orangtuanya untuk menemukan
penginapan pada malam kelahiran-Nya adalah karena kondisi rumah penginapan yang
penuh di Bethlehem. Tetapi apakah ada yang berpikir bahwa Yusuf tidak menemukan
kamar sesuai dengan dana yang tersedia?
Yesus mempertahankan status hamba yang dia pikul sejak
lahir hingga sepanjang hidup-Nya. Popularitas dan kekuasaan tidak membuat-Nya
mengejar status social yang lebih tinggi atau mengabaikan pekerjaan hamba yang
untuk-nya Dia datang.
Beberapa hamba bekerja hanya untuk uang dan imbalan. Mereka
merasa tidak ada kewajiban moral terhadap orang-orang yang mereka layani.
Bahkan, banyak hamba meremahkan tuan mereka dan diam-diam memendam niat buruk
terhadap mereka dan kelas mereka.
Sementara di sini, Tuhan kita melayani kita dengan
sukarela, dedikasi yang murni. Dan betapa ajaibnya hak ini. Bahwa Raja
akan tinggal bersama dengan orang biasa, Pencipta tinggal bersama dengan
ciptaan, Pembuat bejana berbaur dengan tanah liat, Hakim tergantung untuk yang
terhukum, Seorang yang mengenakan pakaian seorang hamba dan menjalani kehidupan
pelayanan tanpa pamrih, benar-benar menakjubkan hati, tetapi secara istimewa
menyelamatkan jiwa. Pengorbanan diri-Nya adlaah bukti kasih Trinitas yang abadi
dan teladan kekal dalam interaksi sehari-hari kita satu sama lain.
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar