Selasa, 27 Maret 2018

Renungan Pagi “Potret Kasih Allah” : 28 Maret 2018


Pertempuran Melawan Moab

“Lalu berkatalah raja Israel: “Wahai TUHAN telah memanggil ketiga raja ini untuk menyerahkan mereka ke dalam tangan Moab!’ Tetapi bertanyalah Yosafat: Tidak adakah di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita meminta petunjuk TUHAN?” (2 Raja-raja 3: 10, 11).

Mesa, raja Moab, telah menjadi sekutu raja Israel, Ahab. Setiap tahun ia harus membayar upeti kepada Israel berupa 100.000 anak domba dan bulu dari 100.000 domba jantan (2 Raj. 3:4). Jumlah sebanyak itu tentunya sangat membebani kondisi keuangan negaranya.

Begitu Ahab mati dan digantikan oleh Yoram anaknya, Mesa pun melancarkan pemberontakan dan membatalkan perjanjian yang memberatkannya itu. Maka Yoram pun meminta bantuan militer kepada Yosafat, raja Yehuda, dan juga kepada raja Edom. Tentu saja persekutuan tiga Negara ini sangat rapuh mengingat hubungan mereka yang kurang harmonis.

Selama tujuh hari tentara gabungan menyerang Moab, tapi mereka kehabisan “air  untuk tentara dan untuk hewan yang mengikuti mereka” (ay.9). situasi ini berubah menjadi bencana dan seluruh bala tentara itu segera menjadi seperti barisan mayat hidup yang berjalan di teri matahari Timur Tengah.

Menghadapi situasi mengerikan ini. Raja Yoram berkata, “Wahai TUHAN telah memanggil ketiga raja ini untuk menyerahkan mereka ke dalam tangan Moab!” (ay.10). kata-katanya terdengar saleh, seolah-olah dia berkata, “Ini adalah kehendak Allah.” Tetapi teologi seperti itu di satu pihak terdengar  Calvinistis, tapi di lain pihak fatalistis. Ia menganggap apa pun yang terjadi – baik, buruk, netral – adalah apa yang telah diatur oleh Allah sejak kekekalan. Tapi apakah semuanya melulu kehendak Allah? Apakah Ia menghendaki hilangnya 10 hingga 20 hektar hutan  tropis setiap menitnya? Pelecehan yang dialami dua puluh lima persen anak perempuan? Angin topan, tornado, dan tsunami yang meluluhlantakkan planet ini? Dua puluh ribu hingga 40.000 orang mati kelaparan setiap harinya? Sembilan puluh delapan ribu pasien yang mati setiap tahun karena malpraktik?

Dari pada menganggap semua kejadian sebagai kehendak Allah, lebih baik kiranya bersikap seperti Yosafat yang memiliki cara pandang positif. Ia merasa sudah waktunya berpaling kepada Allah. “Tidak adakah di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita meminta petunjuk TUHAN? “ (ay. 11).

Tentu saja saat ini tidak ada nabi yang tinggal di sekitar kita, tapi kita dapat menyelidiki nasihat tertulis dari Allah. Dan pasti banyak cara untuk melangkah sesuai dengan kehendak-Nya, meski hal itu tidak selalu dapat kita mengerti dengan gamblang.

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...