Hari Penghitungan Bagi Salomo
“Sebab itu TUHAN menunjukkan murka-Nya
kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel” (1
Raja-raja 11:9).
T
ahun demi tahun, dasawarsa demi dasawarsa, Raja Salomo menikmati
kehidupannya yang baik. Para pecinta kebijaksanaan dari pelbagai negeri
menghormatinya. Bait Allah yang dibangunnya membuat banyak orang terpesona.
Istana tempat tinggalnya dibangun dari bahan-bahan yang langka. Singgasananya
terbuat dari gading besar yang dilapisi emas. Mejanya dipenuhi makanan
lezat. Kekayaan pribadinya membuat orang menelan ludah. Nafsu berahinya pun
terpuaskan, berkat 1.000 orang kekasihnya. Kuda perangnya berjumlah 12.000
ekor. Armada niaganya (nampak Salomo mempunyai dua armada) mengunjungi
pelabuhan-pelabuhan di negeri yang jauh dan pulang dengan barang-barang
dan hewan yang eksotis. Dalam “hikmat” yang dia miliki, ia menjadi orang yang
sangat liberal sehingga ia tidak cukup hanya menyembah TUHAN, tapi juga
menyembah Asytoret, Kamos, dan Milkom.
“Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan
hikmat” (1 Raj. 10:23). Orang –orang yang “memiliki segalanya” seringkali lupa
kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Kepemilikan yang berlebih amat sering
membimbing pada hilangnya akal sehat dan kebaikan. Orang-orang seperti itu
menjadi hukum bagi dirinya sendiri, melupakan segala larangan, kesucian dan
kesalehan. Mereka – termasuk Salomo – kehilangan pijakan pada kenyataan, dan
melupakan kebenaran sederhana bahwa “Tuhan itu Mahaadil” (William Sloane
Coffin, Credo, hlm.51). Allah tidak pernah melupakan kenyataan itu. Ia
memberitahu raja yang takabur ini, “Oleh karena begitu kelakuanmu… Aku akan
mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu” (1
Raj. 11:11).
Kemudian “TUHAN membangkitkan seorang lawan Salomo, yakni Hadad”
(ay.14). dan juga, “ Allah membangkitkan pula seorang lawan Israel sepanjang
umur Salomo” (ay.23-25). Tiga kali dalam ayat Alkitab ini penulis merujuk pada
Iblis (diterjemahkan sebagai “lawan” atau malapetaka”) yang dibiarkan oleh
Allah untuk menentang Salomo.
Akhirnya, Allah memberitahu Yerobeam, salah seorang pejabat tinggi
di pemerintahan Salomo, bahwa ia akan memerintah suku Israel di utara, dan
Rehabeam, anak Salomo, hanya memerintah suku-suku Yehuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar