Tak Setapak Kaki Pun
“Janganlah menyerang mereka, sebab Aku
tidak akan memberikan kepadamu setapak kaki dari negeri mereka, karena kepada
Esau telah Kuberikan pegunungan Seir menjadi miliknya” (Ulangan 2:5).
Allah menjanjikan tanah dan keturunan yang banyak kepada Abraham.
Allah sebagai Pencipta yang memiliki tanah, tapi Ia membagikannya kepada
bangsa-bangsa. “Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada
bangsa-bangsa” (Ul. 32:8).
Tetapi tidak semua keturunan Abraham menjadi bagian dari
perjanjian itu, yang diperbaharui kepada Ishak dan juga Yakub. Namun TUHAN
setia kepada janji-Nya, dan bahkan tetap memberkati keturunan Abraham yang
tidak menyembah-Nya.
Contoh, Allah berfirman: “Tentang Ismael, …ia akan Kuberkati, …dan
Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar” (Kej. 17:20).
Tetapi ada tanah khusus yang dijanjikan bagi Abraham dan
keturunannya. Jadi ketika bangsa Isreal telah siap menguasai Kanaan, Allah
mengejutkan mereka dengan peringatan tentang tanah mana yang boleh dikuasai dan
mana yang tidak.
Ketika tiba saatnya bagi mereka untuk “berjalan melalui daerah
saudara-saudaramu, bani Esau” (Ul.2:4), mereka memperingatkan agar bersikap
“hati-hatilah sekali”’ (ay. 4). Mengapa? Karena ini bukanlah tanah yang hendak
Allah berikan kepada umat perjanjian-Nya. “Aku tidak akan memberikan kepadamu
setapak kaki dari negeri mereka, karena kepada Esau telah Kuberikan pegunungan
Seir menjadi miliknya” (ay.5).
Allah memberikan perintah-perintah serupa mengenai tanah bani Amon
(dan Moab), yang merupakan keturunan Lot, keponakan Abraham. “Janganlah melawan
Moab dan janganlah menyerang mereka, sebab Aku tidak akan memberikan kepadamu
apapun dari negerinya menjadi milikmu, karena Ar telah Kuberikan kepada bani
Lot menjadi miliknya” (ay.19).
TUHAN berkenan hidup bersama dengan hasil hubungan sumbang (incest)
Lot, dari usaha Abraham yang sok tahu untuk memperoleh keturunan, dan
dari sikap congkak Esau terhadap hak kesulungannya. Allah menghormati
sumpah-Nya, meski tak selalu nyaman untuk melaksanakannya, dan Ia menghendaki
umat-Nya untuk selalu menepati janji. “Apabila seorang laki-laki …mengikat
dirinya kepada suatu janji, maka janganlah ia melanggar perkataannya itu’ (Bil.
30:2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar