Rabu, 14 Maret 2018

Renungan Pagi “Potret Kasih Allah” 15 Maret 2018

Gideon

“Orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu. Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN” (Hakim-hakim 6:6).

Ketika Gideon sedang mengirik gandum di tempat pemerasan anggur, sebuah tindakan yang dilakukan diam-diam, datanglah malaikat TUHAN kepadanya dan menyebutnya “pahlawan yang gagah berani” (Hak.6:12). Panggilan itu mengejutkan Gideon, karena bagi dirinya ia bukanlah siapa-siapa. Namun dibalik kesederhanaannya, Gideon memiliki sisi keras dalam dirinya. Ketika dikatakan bahwa Allah menyertainya, ia mengomel: “jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami” (ay.13). tapi sinisme Gideon tidak menyurutkan Allah untuk memberikannya tugas.

Setelah dua kali meminta tanda dari Allah, akhirnya Gideon memutuskan untuk memimpin tentara Israel melawan orang Midian, yang digambarkan “seperti belalang banyaknya” dan “unta mereka tidak terhitung, seperti pasir di tepi laut banyaknya” (Hak. 7:12). Namun 300 orang pembawa obor pasukan Israel ternyata dapat membunuh 120.000 orang tentara musuh! Ketika orang-orang Sukot menolak untuk memberi makan pasukannya, Gideon di penghujung hari kembali lalu “mengambil duri padang gurun dan onak, dan menghajar orang-orang Sukot dengan itu” (Hak. 8:16). Di sinilah nampaknya Gideon mulai tergelincir oleh keangkuhannya sendiri!

“Kemudian berkatalah orang Israel kepada Gideon: “Biarlah engkau memerintah kami, baik engkau, baik anakmu maupun cucumu, sebab engkaulah yang telah menyelamatkan kami dari tangan orang Midian” (ay.22).

Namun di kemudian hari apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Gideon ternyata bertentangan, dan tindakannya lebih nyaring ketimbang kata-kata! Apa yang dikatakannya adalah ‘Aku tidak akan memerintah kamu… TUHAN yang memerintah kamu” (ay.23). tetapi apa yang dilakukannya adalah meminta perhiasan emas hasil jarahan mereka. Dengan sukacita Bangsa Israel pun menyerahkan 40 pon (1.700 syikal atau sekitar 16 kilogram) perhiasan emas ditambah dengan perhiasan telinga berbentuk bulan sabit dan “pakaian kain unggu muda… dan … kalung rantai yang ada pada leher unta mereka” (ay.26).

Kita tidak mengetahui dasar tindakannya itu, tetapi dari jarahan itu Gideon membuat sebuah efod, sebuah jubah imam, yang berlawanan dengan kerendahan hati yang diucapkannya. Meski menolak diangkat menjadi raja, Gideon tidak berkeberatan diangggap sebagai imam. “Di sanalah orang Israel berlaku serong dengan menyembah efod itu; inilah yang menjadi jerat bagi Gideon dan seisi rumahnya (ay.27).


Kerendahan hati adalah cirri pemimpin rohani. Namun seringkali seseorang yang rendah hati yang menerima penghormatan dan tanggung jawab yang berlebih akan  tergelincir dalam keangkuhan. Hal ini terjadi pada Gideon dan terjadilah di gereja kita saat ini.

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...