Kuil Mikha
“Lalu kata Mikha: ‘Sekarang tahulah aku,
bahwa TUHAN akan berbuat baik kepadaku karena ada seorang Lewi menjadi
imamku.”’ (Hakim-hakim 17:13).
Seorang wanita yang tak disebutkan namanya, ibu dari Mikha,
memiliki uang 1.100 syikal perak yang dicuri darinya. Uang sebesar itu
mengingatkan kita pada Delila, yang dalam kisah sebelumnya mendapat uang perak
dari lima orang pemimpin Filistin masing-masing 1.100 syikal. Atau angka 1..100
adalah total uang yang diterimanya? Beberapa ahli Alkitab menduga bahwa Mikha
adalah anak dari Delila dan Simson. Tetapi hal ini tak dicatat dalam Alkitab.
Sang ibu telah mengutuk si pencuri, yang ternyata adalah Mikha sendiri.
Maka ibu segera membatalkan kutuknya, mengubah jadi berkat dan mempersembahkan
uang itu kepada TUHAN. Lalu ia memberikan 200 syikal kepada Mikha untuk
dibuatkan “patung pahatan dan patung tuangan” (Hak. 17:3).
Mikha menempatkan dua patung itu, bersama sebuah efod dan beberapa
terafim (patung sembahan lain) di dalam sebuah kuil di rumahnya, lalu
menahbiskan anaknya menjadi imam..
Pada suatu hari datanglah Yonatan dari Betlehem, seorang Lewi,
cucu Musa, ke rumah itu. Maka Mikha pun mengangkatnya menjadi “bapak” dan
“imam” baginya. Lalu kata Mikha kepadanya: “Setiap tahun aku akan memberikan
kepadamu sepuluh uang perak, sepasang pakaian serta makananmu” (ay. 10).
Orang Lewi itu menerimanya, dan Mikha memberhentikan anaknya dari
jabatan imam. Lalu katanya, “Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN akan berbuat baik
kepadaku, karena ada seorang Lewi menjadi imamku”.
Tak lama kemudian lima orang mata-mata dari suku Dan tiba di Kuil
Mikha. Mereka meminta Yonatan bertanya kepada Allah apakah perjalanan mereka akan
membuahkan hasil. Jawab Yonatan,”Pergilah dengan selamat! Perjalanan yang kamu
tempuh itu dipandang baik oleh TUHAN” (Hak. 18:6). Namun kemudian hari lima
orang mata-mata tersebut kembali lagi bersama 600 orang suku Dan, mengambil
seisi Kuil – kecuali sebuah patung – dan mengangkat Yonatan menjadi imam
mereka. Setelah itu mereka membakar kota Lais dan mengganti namanya
menjadi Dan, mereka mendirikan kuil lalu menempatkan patung-patung dan imam
yang mereka rampas dari Mikha di dalamnya.
Nampak dalam kisah ini bahwa Mikha, ibunya, maupun orang-orang Dan
perampok itu memiliki niat yang tulus untuk membuatkan kuil bagi TUHAN. Tapi
cara-cara mereka merupakan penyembahan berhala, yang tentu saja melanggar
perintah kedua. Semangat untuk beribadah yang tidak didasari pengetahuan
biasanya akan diikuti perilaku yang tak lazim. Dalam masalah rohani, cara cara
yang terbaik adalah menyelaraskan tindakan kita dengan dengan Firman Allah.
Agama buatan sendiri tidak akan pernah mencapai tujuan yang diharapkan, betapapun
bersemangatnya Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar