Mazmur 110
110:1 Mazmur Daud. Demikianlah firman g TUHAN kepada tuanku 1 : "Duduklah di sebelah kanan-Ku, h sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu. i " 110:2 Tongkat j kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: k memerintahlah l di antara musuhmu! 110:3 Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; m dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu n seperti embun. 110:4 TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: o "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya 2 , p menurut Melkisedek. q " 110:5 TUHAN ada di sebelah kananmu; r Ia meremukkan raja-raja s pada hari murka-Nya, t 110:6 Ia menghukum bangsa-bangsa 3 , u sehingga mayat-mayat v bergelimpangan; Ia meremukkan orang-orang yang menjadi kepala w di negeri luas. 110:7 Dari sungai di tepi jalan ia minum, oleh sebab itu ia mengangkat kepala. x
==============================================================
Mazmur 110 dikutip beberapa kali oleh penulis Injil Matius, Markus, dan Lukas. Para penulis Injil mengutipnya dalam rangka menjelaskan hubungan Daud dan Mesias. Selain mengutip, penulis Injil tersebut memperlihatkan bahwa Yesuslah yang mengutip kembali kata-kata Daud untuk menjelaskan identitas diri-Nya kepada orang-orang Farisi (lih. Mat. 22:44; Mrk. 12:36; Luk. 20:42).
Mazmur 110 berbicara tentang Mesias yang dinubuatkan dan dijanjikan oleh Allah bagi manusia. Gambaran yang Daud berikan masih bersifat bayang-bayang pada masa yang akan datang. Saat Yesus mengutip bagian ini, figur Mesias tersebut dikenakan kepada diri-Nya yang adalah Anak Manusia. Dalam PB, berkali-kali disebutkan bahwa Anak Manusia sebagai orang yang duduk di sebelah kanan Allah yang mahakuasa (lih. Luk. 22:69; Mrk. 16:19). Bahkan Allah bersumpah bahwa Ia tidak menyesal mengangkat Anak Manusia sebagai Imam Besar Agung menurut aturan Melkisedek (4; bdk. Ibr. 4:14-15, 15:10). Apa artinya Allah bersumpah?
Ketika Allah bersumpah, maka sumpah itu jangan dipahami sekadar pemenuhan janji yang mengikat, tetapi juga dilihat sebagai meterai yang mengesahkan sumpah tersebut (lih. Ibr. 6:20). Sebab itu, menanti pemenuhan sebuah janji bukan hal yang mudah, apalagi pemenuhan janji Tuhan. Masalahnya, kita terkadang menilai pemenuhannya tersebut berdasarkan keinginan kita belaka. Hal inilah yang dilakukan oleh para agamawan Yahudi, yaitu mendikte apa dan bagaimana yang harus dilakukan oleh seorang Mesias. Yang terjadi adalah kebutaan rohani karena Mesias yang ditunggu-tunggu ada di hadapan mereka, namun mereka sama sekali tidak melihatnya.
Cepat atau lambat janji Allah pasti digenapi. Dalam janji-Nya, kita menemukan harapan dan kekuatan untuk teguh menjalani kehidupan, sekalipun dihadang oleh berbagai persoalan. Apa pun masalahnya, hendaknya kita tidak putus asa terhadap janji Allah. Jangan biarkan kesulitan menjadi hambatan bagi kita membuktikan terwujudnya janji-Nya dalam kehidupan kita. [LL]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar