Zefanya 1:1-7
1:1 Firman TUHAN yang datang kepada Zefanya 1 bin Kusyi bin Gedalya bin Amarya bin Hizkia dalam zaman Yosia a bin Amon, b raja Yehuda.
Penghukuman
pada hari TUHAN
1:2
"Aku akan menyapu bersih segala-galanya 2 dari atas muka bumi, c demikianlah firman TUHAN. 1:3 Aku akan
menyapu manusia dan hewan; d Aku akan menyapu burung-burung di
udara e dan ikan-ikan di laut. Aku akan
merebahkan orang-orang fasik dan akan melenyapkan manusia dari atas muka bumi,
f demikianlah firman TUHAN. g 1:4 Aku akan
mengacungkan tangan-Ku h terhadap Yehuda 3 dan terhadap segenap penduduk
Yerusalem. Aku akan melenyapkan dari tempat ini sisa-sisa Baal i dan nama para imam j berhala, 1:5 juga
mereka yang sujud menyembah di atas sotoh kepada tentara langit k dan mereka yang menyembah dengan
bersumpah setia kepada TUHAN 4 , namun di samping itu bersumpah
demi Dewa Milkom, l 1:6 serta
mereka yang berbalik m dari pada TUHAN, yang tidak mencari
n TUHAN dan tidak menanyakan o petunjuk-Nya." 1:7 Berdiam
p dirilah di hadapan Tuhan ALLAH! Sebab
hari TUHAN 5 q sudah dekat. Sungguh TUHAN telah
menyediakan perjamuan korban r dan telah menguduskan para
undangan-Nya.
=================================================Firman TUHAN yang datang kepada Zefanya bin Kusyi bin Gedalya bin Amarya bin Hizkia dalam zaman Yosia bin Amon, raja Yehuda" (1:1). Zefanya adalah satu-satunya nabi yang silsilahnya diperkenalkan hingga empat keturunan, yang menyiratkan bahwa dia merupakan buyut dari Raja Hizkia. Dia merupakan keturunan bangsawan yang harus menegur para bangsawan lainnya, juga Raja Yosia, yang sekaligus pula kerabatnya. Artinya, Zefanya bernubuat untuk kalangan sendiri.
Dengan lugas dan jelas, Zefanya menubuatkan bahwa Allah akan merebahkan orang-orang fasik dan melenyapkan manusia dari muka bumi, juga Yehuda dan segenap penduduk Yerusalem (3-4). Serangan dan penjajahan bangsa-bangsa lain terhadap Yehuda merupakan hukuman Allah. Karena para pemimpin maupun umat Yehuda tak lagi mengakui Allah sebagai Tuhan Israel. Mereka hidup semaunya. Selain Allah Israel, mereka juga menyembah matahari dan bulan, juga dewa-dewa lainnya.
Untuk semua itu, Zefanya berseru: "Berdiam dirilah di hadapan Tuhan ALLAH! Sebab hari TUHAN sudah dekat" (7). Seruan Zefanya merupakan keniscayaan karena di hadapan Allah tak mungkin manusia bertingkah laku sesukanya. Terlebih ketika manusia tak lagi mematuhi kehendak khalik-Nya.
Berdiam diri berarti tidak membela diri, apalagi mencari kambing hitam-melemparkan kesalahan kepada orang lain-namun rela menerima hukuman atas segala kesalahan yang telah diperbuat. Berdiam diri berarti pula pasrah terhadap keadilan Allah, yang menghukum orang bersalah; namun percaya juga terhadap belas kasihan Allah. Allah memang membenci dosa, tetapi mengasihi manusia berdosa.
Tugas kenabian Zefanya tentu tidak mudah. Agar pesannya sungguh efektif, Sang Nabi harus bersedia menjadikan dirinya teladan. Itu berarti Zefanya harus terlebih dahulu berdiam diri-pasrah terhadap keadilan dan kasih Allah: rela menerima hukuman Allah karena kesalahan sendiri sekaligus berharap sungguh pada belas kasihan Allah. Sikap seperti itu harus ada pada orang percaya abad XXI. [YM]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar