Berdoa Dengan Berani
“Sebab itu marilah kita dengan penuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia supaya menerima rahmat dan
menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan kita pada waktunya”
(Ibrani 4:16).
Pada umunya kita pernah mengalami suatu situasi
di mana mulut ini seperti terkancing di hadapan seseorang yang sangat kita
kagumi. Kita kehilangan kendali, kelenjar liur kita terasa tak bekerja, dan
kita mengais-ngais kata-kata apa yang tepat untuk diucapkan dengan
tergagap-gagap. Begitu pula, meskipun doa merupakan hak istimewa
yang dimiliki oleh para umat Allah, ia dapat menjadi sebuah situasi di luar
kendali kita. Pikirkan sejenak. Kita manusia yang lemah dan terbatas ini dapat
menghampiri Allah yang mahakuasa dan tak terbatas!
Dalam kesempatan yang sangat berharga ini,
bagaimana seharusnya kita bersikap dihadirat-Nya? Beberapa orang menganjurkan
kita untuk berdoa dalam bahasa sastra yang halus (Elizabethan English), dengan
“mayest,” “givet,” “dost,” “haveth,” “lovest,” dst. Juga dengan kata panggilan
yang menghormat “Thee,” “Thou,” dan “Thine.” Dikatakan bahwa kata sapaan kuno
itu yang cocok saat kita menyapa Allah yang “mahatinggi.” (Sesungguhnya apa
yang kita percayai itu keliru dan tidak menunjukkan penghormatan. Kata-kata
kuno pengganti orang kedua tunggal itu biasa digunakan untuk orang yang
sederajat, sementara sapaan untuk orang kedua jamak ‘you” dan “your” itulah
yang menunjukkan hormat).
Dalam ayat kita hari ini mempelajari bahwa
kita dapat menghampiri takhta Allah (“takhta kasih karunia” adalah istilah
untuk takhta Allah) dengan penuh “keberanian.” Kata yang digunakan – parresia –
berarti kebebasan dan keterbukaan untuk berbicara. Muncul kira-kira 30 kali di
dalam Perjanjian Baru dan secara beragam diterjemahkan dengan “terbuka,” “di
depan umum,” dengan keyakinan,” “dengan berani,”dan “tanpa takut.” Ketika
menghampiri takhta Allah, kita tetap perlu santun, namun tanpa perlu
tergagap-gagap. Kita dapat berbicara kepada-Nya dengan bebas tanpa halangan.
Ketika kita berdoa dengan cara ini, kita
akan “menerima rahmat.” Allah akan merespons dengan terharu – belas kasihan
yang aktif – dan murah hati. Selanjutnya, doa yang diucapkan dengan berani itu
akan menuntun kita “menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan kita
pada waktunya.” Batuan yang Allah kirimkan pada waktunya: ia tiba disaat yang
tepat – ketika sangat dibutuhkan.
Mengapa Anda berdoa? Mengapa saya berdoa?
Sebagai orang Kristen, suatu hak istimewa bagi kita untuk berbicara tanpa
halangan kepada Allah… dengan bahasa sehari-hari. Ia tidak terlalu tinggi dan
perkasa untuk tidak menjawab kita dengan murah hati dan tepat pada waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar