Sabtu, 08 Desember 2018

Berdoa Dengan Berani


Berdoa Dengan Berani

“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia supaya menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan kita pada waktunya” (Ibrani 4:16).

Pada umunya kita pernah mengalami suatu situasi di mana mulut ini seperti terkancing di hadapan seseorang yang sangat kita kagumi. Kita kehilangan kendali, kelenjar liur kita terasa tak bekerja, dan kita mengais-ngais kata-kata apa yang tepat untuk diucapkan dengan tergagap-gagap.  Begitu pula, meskipun doa merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh para umat Allah, ia dapat menjadi sebuah situasi di luar kendali kita. Pikirkan sejenak. Kita manusia yang lemah dan terbatas ini dapat menghampiri Allah yang mahakuasa dan tak terbatas!

Dalam kesempatan yang sangat berharga ini, bagaimana seharusnya kita bersikap dihadirat-Nya? Beberapa orang menganjurkan kita untuk berdoa dalam bahasa sastra yang halus (Elizabethan English), dengan “mayest,” “givet,” “dost,” “haveth,” “lovest,” dst. Juga dengan kata panggilan yang menghormat “Thee,” “Thou,” dan “Thine.” Dikatakan bahwa kata sapaan kuno itu yang cocok saat kita menyapa Allah yang “mahatinggi.” (Sesungguhnya apa yang kita percayai itu keliru dan tidak menunjukkan penghormatan. Kata-kata kuno pengganti orang kedua tunggal itu biasa digunakan untuk orang yang sederajat, sementara sapaan untuk orang kedua jamak ‘you” dan “your” itulah yang menunjukkan hormat).

Dalam ayat kita hari ini mempelajari bahwa kita dapat menghampiri takhta Allah (“takhta kasih karunia” adalah istilah untuk takhta Allah) dengan penuh “keberanian.” Kata yang digunakan – parresia – berarti kebebasan dan keterbukaan untuk berbicara. Muncul kira-kira 30 kali di dalam Perjanjian Baru dan secara beragam diterjemahkan dengan “terbuka,” “di depan umum,” dengan keyakinan,” “dengan berani,”dan “tanpa takut.” Ketika menghampiri takhta Allah, kita tetap perlu santun, namun tanpa perlu tergagap-gagap. Kita dapat berbicara kepada-Nya dengan bebas tanpa halangan.

Ketika kita berdoa dengan cara ini, kita akan “menerima rahmat.” Allah akan merespons dengan terharu – belas kasihan yang aktif – dan murah hati. Selanjutnya, doa yang diucapkan dengan berani itu akan menuntun kita “menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan kita pada waktunya.” Batuan yang Allah kirimkan pada waktunya: ia tiba disaat yang tepat – ketika sangat dibutuhkan.

Mengapa Anda berdoa? Mengapa saya berdoa? Sebagai orang Kristen, suatu hak istimewa bagi kita untuk berbicara tanpa halangan kepada Allah… dengan bahasa sehari-hari. Ia tidak terlalu tinggi dan perkasa untuk tidak menjawab kita dengan murah hati dan tepat pada waktunya.

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...