Rumah Kita Yang Senang
“Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru,
turun dari surge, dari Allah yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang
berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari
takhta itu dan berkata: ‘Lihat-lah kemah Allah ada ditengah-tengah manusia dan
Ia akan diam brsama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia
akan menjadi Allah mereka” (Wahyu 21:2, 3).
Berapa banyak orang akan mendiami Yerusalem Baru? Alkitab
tidak memberikan kita catatan tentag hal itu. Namun, Yohanes Pewahyu yang
diilhami menulis: “Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan
besar orang bnayak yang tidak dapat terhitung bamyaknya, dari segala bangsa dan
suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak domba,
memakai jubah putih dan memegang daun palem di tangan mereka” (Wahyu 7:9).
Yerusalem Baru – tempat yang sangat indah dari semua
ciptaan, bukanlah rumah dari orang tebusan. Ini adalah sarana yang membawa kita
dari surge kembali ke atmosfer bumi di mana kita akan melihat kemuliaan Allah
yang akan membersihkan planet kita ini. Kemudian setelah dunia di bersihkan
oleh api yang menyala-nyala, orang benar akan keluar secara berurutan dari
gerbang kota itu untuk menghuni kembali Firdaus sebagai tempat tinggal mereka.
Yerusalem baru akan tetap menjadi tempat pertemuan umat
tebusan untuk bersama-sama memuji Tuhan, tetapi planet bumi ini akan menjadi
pusat pemerintahan alam semesta. Setelah mencapai dunia kita, dunia ini
dipulihkan dan dibarui, orang yang diselamatkan akan pergi ke kota suci untuk
beribadah, dan iabadah itu akan dimeriahkan oleh kehadiran Kristus, Juruselamat
kita dan Than kita.
Melihat Kristus adalah hadiah terbesar; berterimakasih
kepada-Nya adalah sukacita terbesar kita; mengikut Dia akan menjadi kesenangan
terbesar kita, dan kenikmatan ini akan kekal. Pilihan kita akan kekal tanpa
godaan, murni, tidak bernoda, tidak bercacat, sempurna, kebahagiaan tanpa
akhir.
Pengharapan itu adalah dorongan untuk pernyataan
kegembiraan kita:
“Pandang Raja, dalam mulia-Nya,
Puji Dia s’lama-lamanya;
Ganti aku mati di Golgota;
Aku k’lak pandang raja.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar