Jumat, 29 Desember 2017

Renungan Kristen : Kekonsistenan Guru Sejati


Yohanes 1:35-42

1:35 Pada keesokan harinya Yohanes y  berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. 1:36 Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah! z " 1:37 Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. 1:38 Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi a  (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" 1:39 Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. 1:40 Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. 1:41 Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus). b " 1:42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan c  Kefas (artinya: Petrus). d "
====================================

"Lihatlah Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia" (Yoh. 1:29). Demikianlah Yohanes Pembaptis memperkenalkan Yesus kepada publik saat peristiwa pembaptisan Yesus. Bisa dipastikan bahwa anak Zakharia itu tidak hanya ingin mengajak orang banyak itu melihat, tetapi melakukan sesuatu setelah melihat Anak domba Allah itu. Kelihatannya tak ada seorang pun yang melakukan sesuatu.

Ketika bersama dengan kedua orang muridnya, Yohanes Pembaptis kembali berseru: "Lihatlah Anak domba Allah!" (35). Dan keduanya yang mendengar perkataannya itu melakukan sesuatu. Jika pada perkenalan pertama, tak seorang pun yang bergerak. Pada perkenalan kedua ini, kedua orang murid itu mengikuti Yesus dari jauh. Setelah menyampaikan maksud mereka, Yesus berkata, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Kedua murid Yohanes Pembaptis itu pun tinggal seharian bersama dengan Yesus. Kedua orang itu akhirnya meninggalkan guru pertamanya dan menjadi murid Yesus Orang Nazaret.

Salah seorang murid itu, Andreas, terkesan dengan pribadi Yesus akhirnya membawa Simon, saudaranya, untuk bertemu dengan Yesus. Sejarah mencatat Simon menjadi murid Yesus dan menjadi pemimpin jemaat mula-mula. Pada titik ini Andreas pun sebenarnya hanya mengikuti jejak guru pertamanya-memperkenalkan Sang Anak Domba Allah.

Yohanes Pembaptis memang guru sejati. Dia ingin muridnya berkembang. Dia selalu ingin memberikan yang terbaik bagi para muridnya, meski dia harus kehilangan murid. Ternyata ia sungguh kehilangan murid. Itulah figur guru sejati yang selalu ingin memberikan yang terbaik bagi para muridnya.

Gereja masa kini perlu belajar dari Yohanes Pembaptis yang konsisten memperkenalkan Yesus kepada para muridnya. Dia tidak bosan-bosannya memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah. Seandainya Yohanes Pembaptis hanya sekali memperkenalkan Yesus kepada para muridnya! Bisa jadi Yesus tidak pernah mendapatkan murid-murid terbaik! [YM]

Kabar Baik 29 Des 2017





Shalom.


Seni kehidupan adalah kombinasi dari musim musim yang berbeda, manusia tidak dapat memilihnya, setiap musim selalu ada pengalaman yang berbeda, hanya orang yang percaya Tuhan yang bisa menikmati hidup didalam segala musim. »IHT«

Pengkhotbah 3:1-8  Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.

Musim demi musim pasti pernah kita alami, semakin tua usia kita akan semakin panjang musim yang sudah dilewati, pepatah bilang sudah kenyang makan asam garam.

Bila kita perhatikan apakah musim yang kita lewati memberi manfaat ? Atau berlalu begitu saja tanpa ada satupun arti yang membuat Tuhan kita senang.

Masalahnya disetiap pergantian musim, kita begitu sibuk dan repotnya sehingga kita tidak pernah melihat perubahan besar terjadi dalam hidup kita.

Pengkhotbah 3:11  Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

Jika hidup bersama Tuhan, musim apapun yang dijalani pasti bisa kita nikmati, saat lahir keluarga kita berbahagia, saat menjalani hidup kita selalu menyenangkan Tuhan, keluarga dan banyak orang, bahkan saat kita matipun orang akan berkata berbahagialah orang yang mati dalam Tuhan, sebab hidupnya telah menjadi berkat bagi banyak orang.

Wahyu 14:13  Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka."

 Tuhan Yesus memberkati.
--

Selasa, 26 Desember 2017

Renungan Pagi 27 Des 2017

Rahmat Allah Yang Besar

“Dan  aku mendengar jumlah mereka yang diamteraikan itu; seratus empat puluh empat ribu yang telah dimateraikan dari semua suku keturunan Israel” (Wahyu 7:4).

Beberapa pelajar Alkitab belajar Kitab Suci untuk mencari jumlah yang tepat mengenai orang yang ditemukan setia di bumi pada kedatangan Yesus yang kedua kali. Yang lain mengaerti bahwa bilangan ini adalah simbol dari berbagai macam kepribadian yabg diperlihatkan oleh 12 anak Yakub. Kita tidak bisa dengan sangat yakin membenarkan salah satu dari dua hal ini. Namun, fakta bahwa masing-masing dari 12 gerbang kota suci akan  tertulis nama salah satu  salah dari  dua belas  suku merupakan suatu kepercayaan yang diberikan untuk melihat gambaran akhir dan memberikan harapan kepada semua manusia secara pribadi maupun kelompok.

Berbagai macam keadaan manusia ini terlihat dalam perbedaan temperamen pribadi dan cara pandang kita. Hal ini juga dapat diidentifikasikan secara khusus untuk keluarga, ras, dan bangsa. Yang akan diselamatkan  pada kedatangan Kristus  akan mencakup semuanya. Undangan Kristus untuk “siapa pun yang mau” dan seruan malaikat pertama Wahyu 14 (ayat 6, 7) untuk setiap  bangsa, suku, bahasa, dan kaum mendapat jaminan kehidupan bagi orang tebusan termasuk dari berbagai lapisan golongan penduduk bumi.

Tidaklah penting untuk keselamatan kita bahwa kita memiliki pengetahuan yang tepat mengenai jumlah umat  yang hidup setia pada kedatangan-Nya atau persentase yang tepat  dari jumlah penduduk kita setiap hari yang diselamatkan. Apa yang benar-benar penting adalah kehidupan kita setiap hari, itulah sebabnya Paulus  sangat berharap, apakah kita “entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur” (1 Tesalonika 5:9, 10), kita akan berada di antara mereka yang akan dengan senang hati menyambut kedatangan-nya kembali.

Suatu persyaratan  utama untuk ada dalam persatuan keluarga di surge adalah kasih dan menghormati keluarga Allah di bumi. Agama Kristen tidak meminta kata menyerahkan kepribadian kita  atau dasar pribadi kita. Yang dituntut, bagaimanapun juga, kita memahami bahwa bersama Tuhan tidak ada kelompok dengan status sebagai “bangsa kesayangan” ; Dia mengasihi semua bangsa; dan demikianlah seharusnya kita perbuat.

Tidak, tidak pernah salah mengenai identitas 144.000, itu bukanlah hal yang sangat penting untuk keselamatan. Apa yang penting adalah apa yang kutipan ini katakana yaitu “dalam rahmat Allah yang sangat luas, seperti luasnya  lautan;  Ada kebaikan dalam keadilan-Nya, yaitu lebih dari kebebasan. “Dan yang paling Dia inginkan adalah supaya tidak ada yang binasa, tetapi semua harus datang pada penurutan dan pengertian kehendak-Nya.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Kristen : Identitas: Kata Benda atau Kata Kerja?

Yohanes 1:19-28

1:19 Dan inilah kesaksian Yohanes g  ketika orang Yahudi h  dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" 1:20 Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias. i " 1:21 Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia? j " Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi k  yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" 1:22 Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" 1:23 Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: l  Luruskanlah jalan Tuhan! m  seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya." 1:24 Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. 1:25 Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?" 1:26 Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; n  tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, 1:27 yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. o  Membuka tali p  kasut-Nyapun aku tidak layak." 1:28 Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, q  di mana Yohanes membaptis.
===========================================================

"Siapakah Engkau?" Itulah pertanyaan beberapa imam dan orang Lewi-yang diutus penguasa Yahudi dari Yerusalem-kepada Yohanes Pembaptis. Di tengah pengharapan akan kedatangan Mesias, ia tidak mencoba memancing di air keruh. Dengan jujur anak Zakharia itu mengaku bahwa dia bukanlah Mesias yang dinanti-nantikan bangsa Israel. Ia juga bukan Elia, juga bukan nabi yang akan datang.

"Lalu, siapakah Engkau?" Atas pertanyaan ini, Yohanes menyatakan diri sebagai suara orang yang berseru-seru di padang gurun, "Luruskanlah jalan Tuhan!" Menarik diperhatikan, ketika orang bertanya tentang dirinya, dia tidak bicara soal asal-usul-siapakah orang tua atau sukunya. Tidak. Dia berbicara soal karya. Anak Zakharia itu menjelaskan identitasnya melalui pekerjaannya.
Tampaknya bagi Yohanes yang penting adalah 'lagunya, dan bukan penyanyinya'. Bukan pula siapa orangnya, tetapi apa yang dikerjakannya! Karyanya lebih utama ketimbang dari asal-usul atau silsilah keluarga.

Yohanes Pembaptis bicara soal kerja! Pekerjaannya adalah berseru-seru di padang gurun. Dan seumur hidupnya, dia tidak pernah diam untuk berseru. Dia setia pada panggilannya. Walau untuk itu, kepalanya harus dipenggal atas titah Raja Herodes dan diletakkan pada sebuah talam untuk diberikan kepada Ratu Herodias (Mrk. 6:14-29).

Ketika para utusan terus bertanya, Yohanes Pembaptis malah lebih suka memperkenalkan Yesus Orang Nazaret, ketimbang dirinya. Ia bahkan menekankan bahwa dirinya tak ada artinya dibandingkan sepupunya itu (lih. 26-27). Dia puas dengan panggilannya. Dia tidak mau menjadi orang lain dan tidak mau mengambil kemuliaan yang bukan haknya.


Nah, jika orang bertanya kepada Anda, "Siapakah Engkau?"; apakah jawab Anda? Sebuah kata kerja atau kata benda untuk menjelaskan identitas Anda? Marilah kita belajar kepada Yohanes Pembaptis! Identitas kita semestinya adalah apa yang kita kerjakan sehari-hari. Pertanyaan selanjutnya: "Apakah pekerjaan kita?" [YM]

Kabar Baik 27 Des 2017

Shalom.

Natal tidak membutuhkan pengakuan, karena natal adalah pembuktian. »ps Gilbert Lumoindong«

Yohanes 3:16  Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Anda mau percaya atau tidak, anda mau dengar atau tidak, Dia tetap Tuhan dan Juruselamat umat manusia, Dialah Tuhan yang Maha Kuasa yang tidak mebutuhkan pengakuan dari anda.
Tuhan sudah membuktikan, semua nubuatan tentang Yesus sudah digenapi, hanya tinggal satu, yaitu kedatanganNya yang kedua kali.

Hai manusia, jangan sok dan jangan sombong, kehidupan kita seperti rumput, tidak ada yang bisa dibanggakan.

Mazmur 103:15-16  Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput,seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.

Percayalah kepadaNya, ijinkan Yesus lahir dalam hatimu, sebab Dialah Sang Penyelamat yang sudah menebus dosa- dosa kita.

Tuhan Yesus memberkati.


Kamis, 21 Desember 2017

Renungan Kristen : Hidup Kekal

Daniel 12:1-13

Renungan Pagi 22 Des 2017 : Rumah Kita Yang Senang

Rumah Kita Yang Senang

“Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari surge, dari Allah yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang  nyaring dari takhta itu dan berkata: ‘Lihat-lah kemah Allah ada ditengah-tengah manusia dan Ia akan diam brsama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka” (Wahyu 21:2, 3).

Berapa banyak orang akan mendiami Yerusalem Baru? Alkitab tidak memberikan kita catatan tentag hal itu. Namun, Yohanes Pewahyu yang diilhami menulis: “Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang bnayak yang tidak dapat terhitung bamyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak domba, memakai jubah putih dan memegang daun palem di tangan mereka” (Wahyu 7:9).

Yerusalem Baru – tempat yang sangat indah dari semua ciptaan, bukanlah rumah dari orang tebusan. Ini adalah sarana yang membawa kita dari surge kembali ke atmosfer bumi di mana kita akan melihat kemuliaan Allah yang akan membersihkan planet kita ini. Kemudian setelah dunia di bersihkan oleh api yang menyala-nyala, orang benar akan keluar secara berurutan dari gerbang kota itu untuk menghuni kembali Firdaus sebagai tempat tinggal mereka.

Yerusalem baru akan tetap menjadi tempat pertemuan umat tebusan untuk bersama-sama memuji Tuhan, tetapi planet bumi ini akan menjadi pusat pemerintahan alam semesta. Setelah mencapai dunia kita, dunia ini dipulihkan dan dibarui, orang yang diselamatkan akan pergi ke kota suci untuk beribadah, dan iabadah itu akan dimeriahkan oleh kehadiran Kristus, Juruselamat kita dan Than kita.

Melihat Kristus adalah hadiah terbesar; berterimakasih kepada-Nya adalah sukacita terbesar kita; mengikut Dia akan menjadi kesenangan terbesar kita, dan kenikmatan ini akan kekal. Pilihan kita akan kekal tanpa godaan, murni, tidak bernoda, tidak bercacat, sempurna, kebahagiaan tanpa akhir.

Pengharapan itu adalah dorongan untuk pernyataan kegembiraan kita:
“Pandang Raja, dalam mulia-Nya,
Puji Dia s’lama-lamanya;
Ganti aku mati di Golgota;

Aku k’lak pandang raja.”

Kabar Baik 22 Des 2017

Shalom.

Jangan jadi miskin ketika mencoba untuk terlihat jadi kaya. »ajaran bijak«

Amsal 28:19  Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan.

Ketika anda punya uang 3 juta, jangan membeli dompet yang harganya juga 3 juta sedangkan isinya tidak ada, belilah dompet yang harganya 100 ribu, supaya kamu bisa menyimpan 2,9 juta didalamnya.
Inilah orang yang mengejar gengsi dan harga diri, mereka berani membeli barang barang branded walaupun dari hasil ngutang.

Ibrani 13:5  Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." 

Orang yang bijak mengelola uang, hidupnya tidak akan pernah berkekurangan  sebab mereka senantiasa mengucap syukur atas berkat dan penyertaan Tuhan dalam hidupnya.

Lukas 3:14  Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."

Orang yang salah mengelola uang hidupnya akan selalu merasa kurang, untuk memuaskan kebutuhannya mereka bisa memeras, menipu bahkan ada juga yang menjadi pencuri dan perampok


Tuhan Yesus memberkati.

Rabu, 20 Desember 2017

Renungan Kristen : Dikuatkan oleh Kasih



Daniel 10:15-11:1

10:15 Ketika dikatakannya hal ini kepadaku, kutundukkan mukaku ke tanah dan aku terkelu x . 10:16 Tetapi sesuatu yang menyerupai manusia menyentuh bibirku; lalu kubuka mulutku dan mulai berbicara, y  kataku kepada yang berdiri di depanku itu: "Tuanku, oleh sebab penglihatan itu aku ditimpa kesakitan, z  dan tidak ada lagi kekuatan padaku. 10:17 Masakan aku, hamba tuanku ini dapat berbicara dengan tuanku! Bukankah tidak ada lagi kekuatan padaku dan tidak ada lagi nafas a  padaku?" 10:18 Lalu dia yang rupanya seperti manusia itu menyentuh b  aku pula dan memberikan aku kekuatan, c  10:19 dan berkata: "Hai engkau yang dikasihi, d  janganlah takut, sejahteralah e  engkau, jadilah kuat, f  ya, jadilah kuat!" Sementara ia berbicara dengan aku, aku merasa kuat lagi dan berkata: "Berbicaralah kiranya tuanku, sebab engkau telah memberikan aku kekuatan. g " 10:20 Lalu katanya: "Tahukah engkau, mengapa aku datang kepadamu? Sebentar lagi aku kembali untuk berperang dengan pemimpin orang Persia, dan sesudah aku selesai dengan dia, maka pemimpin orang Yunani 1  h  akan datang. 10:21 Namun demikian, aku akan memberitahukan kepadamu apa yang tercantum dalam Kitab Kebenaran. i  Tidak ada satupun yang berdiri di pihakku dengan tetap hati melawan mereka, kecuali Mikhael, j  pemimpinmu itu, 11:1 seperti dahulu aku juga mendampinginya untuk menguatkan dan menyokongnya, yakni pada tahun pertama pemerintahan Darius, k  orang Media itu."
===========================================================
Pengalaman dikasihi merupakan pengalaman yang berharga dan indah. Saat seseorang merasa dirinya dikasihi, dalam dirinya akan timbul kegembiraan, keberhargaan, kekuatan, dan sebagainya. Ia merasa hidupnya menjadi bermakna, baik bagi dirinya maupun orang lain.
Daniel berbahagia saat ia mendengar dirinya dikasihi oleh Allah. Ucapan itu memberinya kekuatan karena hidupnya berharga di mata Allah. Beda halnya ketika ia mengetahui bagaimana nasib akhir dari bangsanya pada akhir zaman. Daniel hanya bisa tertunduk mukanya ke tanah dan lidahnya menjadi kelu terkejut atau ketakutan (15). Lalu sosok yang menyerupai manusia datang kepada Daniel dan menyentuh bibirnya agar ia dapat berbicara (16).
Setelah bisa berbicara, Daniel mengungkapkan alasan mengapa ia menjadi kelu. Secara mental ia merasa terpukul saat mengetahui makna dari penglihatan itu yang akan terjadi pada masa depan (16). Selain itu, penglihatan tersebut banyak menguras tenaga Daniel sampai ia sulit bernafas (17). Sosok yang menyerupai manusia itulah yang memulihkan Daniel. Ia juga menyemangati Daniel untuk tidak cepat putus harapan (19). Kata-kata bahwa dirinya dikasihi Allah merupakan obat mujarab yang memampu menguatkan hati dan menyegarkan pikirannya. Sebab, Allah yang mengasihinya adalah Pribadi yang ikut serta dalam pergumulannya. Buktinya sosok yang menyerupai manusia itu mau berperang dengan bangsa Persia (20). Keberpihakan Allah kepada Daniel dan umat-Nya pasti terjadi karena Ia selalu menepati janji-Nya yang tertulis dalam Kitab Kebenaran (21).
Allah tidak hanya mengasihi Daniel, tetapi juga mereka yang mau hidup benar di hadapan-Nya. Kasih Allah yang dinyatakan kepada kita bukanlah sekadar janji kosong, melainkan tindakan nyata. Ia membela, meneguhkan, dan menguatkan yang lemah dan tertindas. Karena itu, sudah sepatutnya kita mengejar hidup takut akan Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Dengan cara itu, kita menjadi tangan Allah untuk menghadirkan terang-Nya bagi semua orang. [WSP]

Renungan Kristen : Lakukan Kewajiban dengan Benar



Ratapan 4:1-22

4:1 Ah, sungguh pudar emas itu 1 , emas murni itu berubah; batu-batu suci itu terbuang di pojok tiap jalan. a  4:2 Anak-anak Sion b  yang berharga, yang setimbang dengan emas tua, sungguh mereka dianggap belanga-belanga tanah buatan tangan tukang periuk. 4:3 Serigalapun memberikan teteknya dan menyusui anak-anaknya, tetapi puteri bangsaku telah menjadi kejam seperti burung unta di padang pasir. c  4:4 Lidah bayi melekat pada langit-langit d  karena haus; e  kanak-kanak meminta roti, tetapi tak seorangpun yang memberi. f  4:5 Yang biasa makan yang sedap-sedap mati bulur di jalan-jalan; yang biasa duduk di atas bantal kirmizi g  terbaring di timbunan h  sampah. 4:6 Kedurjanaan puteri bangsaku melebihi dosa Sodom, i  yang sekejap mata dibongkar-bangkir tanpa ada tangan yang memukulnya. 4:7 Pemimpin-pemimpin lebih bersih dari salju dan lebih putih dari susu, tubuh mereka lebih merah dari pada merjan, seperti batu nilam rupa mereka. 4:8 Sekarang rupa mereka lebih hitam j  dari pada jelaga, mereka tidak dikenal di jalan-jalan, kulit mereka berkerut pada tulang-tulangnya, k  mengering seperti kayu. 4:9 Lebih bahagia mereka yang gugur karena pedang dari pada mereka yang tewas karena lapar, l  yang merana dan mati sebab tak ada hasil ladang. m  4:10 Dengan tangan sendiri wanita yang lemah lembut memasak kanak-kanak n  mereka, untuk makanan mereka tatkala runtuh puteri bangsaku. 4:11 TUHAN melepaskan segenap amarah-Nya, o  mencurahkan p  murka-Nya q  yang menyala-nyala, dan menyalakan api r  di Sion, yang memakan dasar-dasarnya. s  4:12 Tidak percaya raja-raja di bumi, pun seluruh penduduk dunia, bahwa lawan dan seteru dapat masuk ke dalam gapura-gapura Yerusalem. t  4:13 Hal itu terjadi oleh sebab dosa nabi-nabinya 2  dan kedurjanaan imam-imamnya u  yang di tengah-tengahnya mencurahkan darah v  orang yang tidak bersalah. 4:14 Mereka terhuyung-huyung seperti orang buta w  di jalan-jalan, cemar oleh darah, x  sehingga orang tak dapat menyentuh pakaian mereka. 4:15 "Singkir! Najis!", kata orang kepada mereka, "Singkir! Singkir! Jangan sentuh!"; lalu mereka lari dan mengembara, y  maka berkatalah bangsa-bangsa: "Mereka tak boleh tinggal lebih lama z  di sini." 4:16 TUHAN sendiri mencerai-beraikan mereka, tak mau lagi Ia memandang mereka. a  Para imam tidak mereka hormati, dan orang-orang tua b  tidak mereka kasihani. c  4:17 Selalu mata kami merindukan pertolongan, d  tetapi sia-sia; e  dari menara penjagaan kami menanti-nantikan suatu bangsa f  yang tak dapat menolong. 4:18 Mereka mengintai langkah-langkah kami, sehingga kami tak dapat berjalan di lapangan-lapangan kami; akhir hidup kami mendekat, hari-hari kami sudah genap, g  ya, akhir hidup kami sudah tiba. 4:19 Pengejar-pengejar kami lebih cepat dari pada burung rajawali h  di angkasa mereka memburu kami i  di atas gunung-gunung, menghadang kami di padang gurun. j  4:20 Orang yang diurapi k  TUHAN, nafas hidup kami, tertangkap dalam pelubang l  mereka, dia yang kami sangka: "Dalam naungannya m  kami akan hidup di antara bangsa-bangsa." 4:21 Bergembira dan bersukacitalah, hai puteri Edom, engkau yang mendiami tanah Us, n  juga kepadamu piala o  akan sampai, engkau akan jadi mabuk lalu menelanjangi p  dirimu! 4:22 Telah hapus q  kesalahanmu 3 , puteri Sion, tak akan lagi TUHAN membawa engkau ke dalam pembuangan, tetapi kesalahanmu, puteri Edom, akan dibalas-Nya, dan dosa-dosamu r  akan disingkapkan-Nya.
====================================================================
Isi pasal ini memiliki kemiripan dengan pasal 2. Yeremia membandingkan keadaan Yerusalem sebelum pengepungan dan perusakan yang dilakukan oleh bangsa Babel dan keadaan sesudahnya (1-12). Lalu penulis menyatakan bahwa semuanya itu terjadi karena keberdosaan bangsa Yehuda (13-16). Kemudian pasal ini ditutup dengan keyakinan umat bahwa pertolongan dari pihak manusia itu sia-sia (17-20). Umat juga memohon agar Tuhan sendiri yang membalas kejahatan bangsa Babel.

Apa yang dilakukan oleh bangsa Babel sangat kejam. Mereka begitu brutal dan tak berperikemanusiaan. Mereka mengejar, menganiaya, menyiksa, bahkan membunuh tanpa perasaan. Tak satu pun yang luput dari keberingasan bangsa Babel. Para penguasa Yehuda, bangsawan, pemimpin agama dan bayi pun turut menderita. Tidak pernah ada kengerian sehebat itu. Kejadian yang membuat orang tidak hanya menderita, tetapi juga melakukan kekejian demi mempertahankan hidup (10). Karena itu, Yeremia bernubuat, "Lebih bahagia mereka yang gugur karena pedang...." (9).

Kekejian orang-orang Babel membuat mereka tidak menghormati para pemimpin agama. Yeremia mengatakan bahwa semua itu bukan karena semata kekejian mereka, tetapi juga berbagai dosa yang dilakukan oleh para nabi palsu. Mereka sepatutnya bernubuat dan menyampaikan kebenaran dan keadilan Tuhan, namun mereka tidak melakukannya. Sebab mata hati dan mulut mereka telah dijejali kekayaan dan kemewahan hidup. Mereka juga menjerumuskan bangsa Yehuda hidup dalam keberdosaan. Kini, mereka pun merasakan dampak negatif yang merusak. Mereka tidak hanya menderita, tetapi harga diri juga turut terkoyak-koyak.
Harta dan kekayaan bisa membungkam mulut kita untuk berhenti menyuarakan kebenaran dan keadilan. Karena itu, marilah kita memohon kepada Tuhan agar dimampukan untuk melakukan kewajiban dengan baik dan benar. Berdoa agar kita mengedepankan kehendak Tuhan melalui hidup dan pelayanan kita. [MH]

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...