Sesuai Kehendak Allah
“Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk
membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir” (Keluaran 3:10).
Di kalangan para penginjil, kita sering mendengar ungkapan “sesuai
kehendak Allah.” Ungkapan itu mengandung pengertian bahwa sejak kekekalan Allah
telah memiliki kehendak atas segala sesuatu yang akan terjadi, dan orang
Kristen mesti berusaha untuk mengetahui apa yang dikehendaki-Nya dan hidup
seturut dengannya.
Apakah seseorang menganut Calvinisme ataupun Wesleyanisme, buah
usaha mencari kehendak Allah tersebut hanya berujung pada rasa frustasi.
Bagaimana aku bisa mengetahui apa kehendak Allah sebenarnya bagiku? Apakah aku
dapat terus menerus hidup sesuai kehendak Allah?
Tapi tunggu dulu! Ada sudut pandang lain, yang menentramkan.
Karena Allah itu tak terbatas dan mahabijaksana, ia tidak akan membatasi
tindakan kita – terutama bila kita terbuka untuk berkat-Nya. Allah cukup
kreatif untuk mencapai tujuan-Nya bahkan jika kita menuruti kehendak bebas kita
dengan cara-cara yang jauh dari sempurna.
Itulah cara-cara yang ditempuh oleh Musa. Selama 40 tahun
pertama dalam hidupnya, ia menyerap gaya hidup orang Mesir. Ia tumbuh dewasa di
istana Firaun. Ia menguasai bahasa Mesir. Ia mengetahui adat istiadat setempat.
Ia mempelajari tata krama kerajaan. Ia adalah orang dalam istana.. Ia
mengetahui cara untuk menarik perhatian Firaun. Meminjam kata-kata Mordekhai di
kemudian hari kepada Ester (Est. 4:14). Musa boleh berkata, “Siapa tahu,
mungkin justru untuk saat yang seperti ini aku datang ke kerajaan ini?”
Jika ia naik takhta, maka ia dapat dengan mudah membebaskan orang
Israel dari kerja paksa. Kalau pun ia tidak menjadi Firaun, asalkan tetap
bertahan di istana, sebagai orang dalam ia dapat melicinkan jalan bagi
pembebasan orang Israel dari Mesir, tanpa pertumpahan darah dan dengan
restu orang Mesir.
Tetapi Musa dengan gegabah telah membunuh seorang Mesir dan harus
melarikan diri selamanya. Sekarang ia tidak bisa lagi menjadi Firaun untuk
membebaskan orang Israel. Tidak dapat lagi menjadi orang dalam untuk membantu
pembebasan bangsa Israel. Dan untuk 40 tahun berikutnya Musa belajar
sebagaimana menggembalakan domba. Barangkali, ketika Allah mengirimnya kembali
ke Mesir, pengalaman 40 tahun yang dimiliki sebagai orang dalam istana dapat
dimanfaatkannya, namun Allah harus membawa keluar bangsa Israel dengan cara
lain.
Apa pun caranya. Musa akan melakukan sesuai kehendak Allah. Begitu
pula Allah dapat bekerja sesuai keputusan kita, dan menemukan cara agar hal itu
sesuai dengan rencana-Nya. Kehendak Alllah dapat bekerja sama dengan kehendak
manusia untuk hasil yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar