Sepuluh Firman
“Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan
TUHAN emapt puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak
minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yaitu
Kesepuluh Firman” (Keluaran 34:28).
Alkitab menyatakan bahwa Sepuluh Firman adalah perjanjian antara
Allah dengan Bangsa Israel. Orang Kristen menyebutnya hukum moral – kehendak
Allah yang berlaku universal. Untuk itu mari kita lakukan survey untuk melihat
apakah benar Sepuluh Firman itu berlaku universal, mengatasi perbedaan waktu
dan budaya.
“Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu
patung…. Jangan sujud menyembah kepadanya” (Kel. 20:3-5). Ayat-ayat ini
mengatur soal penyembahan, dengan penekanan pada kedaulatan TUHAN dan menentang
segala berhala. Untunglah Sepuluh Firman tidak mengatur lebih spesifik,
misalnya dengan memerintahkan untuk mempersembahkan seekor anak domba. Lalu apa
yang harus dipersembahkan oleh orang Eskimo, yang hanya mengenal anjing
pemburu, anjing laut, singa laut, lumba-lumba, dan beruang kutub? Bagaimana
orang-orang Papua New Guinea dan Amazon melakukan penyembahan? Mereka tidak
pernah mengenal kambing atau domba atau kerbau.
“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: … jangan melakukan sesuatu
pekerjaan” (ay.8-10). Untunglah di sini tidak diperintahkan penyembahan di
Mosaik kemah pertemuan atau bait suci. Bila demikian bagaimana cara orang yang
tidak tinggal di Yerusalem menguduskan Sabat? Perintah keempat juga tidak
mendefenisikan arti pekerjaan. Apakah yang dimaksud kerja? Apakah mandi itu
bekerja? Apakah menggosok gigi atau mencuci piring termasuk pekerjaan? Perintah
ini juga cukup tidak spesifik sehingga dapat diterapkan di mana saja.
“Jangan membunuh” (ay.13). kata Ibrani yang diterjemahkan
“membunuh” di sini selalu digunakan dalam arti membunuh manusia – pembunuhan
yang direncanakan atau tidak. Untung perintah ini tidak diperluas menjadi
pembunuhan setiap makhluk hidup. Bila demikian, kita tidak akan bisa
mengemudikan mobil, karena banyak sekali serangga yang membentur kaca depan dan
mati. kita pun tidak dapat menyemprotkan obat nyamuk karena akan melanggar
perintah ini.
Kesepuluh Firman berlaku umum karena perintah-perintahnya tidak
memperinci apa saja tindakan yang dilarang. Misalnya, budaya lokal harus
menentukan apa arti pekerjaan, pembunuhan, pelacuran, dan perampasan milik
orang dan juga apa artinya menghormati orang tua.
Karena sifatnya yang umum itulah Sepuluh Hukum dapat diterapkan
secara universal. Sebab tindak tanduk yang dilarang itu harus didefenisikan
menurut budaya masing-masing. Sepuluh Hukum memberikan banyak ruang yang cukup
luas bagi kita untuk mendefenisikan, dan dengan demikian menyajikan bagi kita
sebuah potret hikmat dan kemahatahuan Allah. GBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar