Yesus Dalam Kondisi Terbaik-Nya
“Tetapi sekarang kiranya Engkau mengampuni
dosa mereka itu – dan jika tidak hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab
yang telah Kautulis” (Keluaran 32:32).
Musa pastilah seorang yang suka berdoa. Bagaimanakah lagi dia bisa
menanggung semua beban ini? Semua kepemimpinan penuh dengan resiko, tetapi
tidak pernah ada sekelompok pengikut yang lebih sulit, lebih tidak tahu
berterima kasih, lebih merasa puas diri, lebih pelupa, lebih sombong, dan lebih
memberontak daripada mereka yang Musa pimpin.
Tidak dirugukan lagi Musa sering berdoa untuk dirinya sendiri.
Untuk kekuatan, untuk daya tahan, untuk kesabaran, dan untuk semua kebajikan
lain yang dibutuhkan untuk memenuhi misinya. Tetapi Dia juga terus berdoa bagi
bangsanya. Meskipun mereka menuduh dengan kejam, mereka terus menerus mengeluh,
mereka bersungut-sungut, mereka dengan rakus mendambakan dewa-dewa, dan
kekayaan Mesir yang darinya mereka telah dilepaskan dengan cara yang ajaib –
Meskipun ada rasa tidak berterima kasih yang nyata seperti dia tetap berdoa
untuk bangsanya.
Begitu pula dengan Kristus, Musa kita yang lebih baik. Dengan
sungguh-sungguh dan dengan terus menerus Dia berdoa bukan hanya untuk diri-Nya
sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Dia melakukannya karena hati-Nya yang
penuh kasih itu lebih terbeban kepada kesejahteraan mereka yang kepadanya
Dia datang untuk memberi keselamatan daripada reputasi dan
keselamatan-Nya sendiri. Dia “senantiasa menerima dari Bapa agar Ia dapat
menyampaikannya kepada kita” (Membina Kehidupan Abadi, hlm. 100).
Mungkin doa-Nya yang paling penuh kasih sayang adalah untuk
murid-murid-Nya sesaat menjelang kematian-Nya, Ia memohon umtuk iman dan
keamanan mereka. Kata-Nya: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi
juga untuk orang-orang, yang percaya kepada kepada-Ku oleh pemberitaan mereka”
(Yoh. 17:20) yang cakup kita semua.dia beroa tidak hanya bagi
murid-murid-Nya dan perobatan mereka, Ia berdoa untuk musuh-Nya juga.
Bahkan, Ia berdoa di Golgota untuk mereka yang tidak hanya menuduh Dia secara
tidak adil, tetapi juga yang bersukacita sementara hidupnya semakin surut.
Doa-Nya sementara Dia hampir binasa: “Ya Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34), adalah ungkapan
yang paling tidak cinta diri yang pernah keluar dari bibir manusia. Itu
adalah contoh kasih sayang yang tak tertandingi. Ungkapan itu merupakan
kebaikan yang terlalu tinggi untuk kita bisa pahami, namun sangat penting untuk
kita percayai. Doa Musa bagi bangsanya memang kebajikan yang mengangumkan,
tetapi itu belum – tidak akan pernah – setara dengan doa pengampunan Yesus.
Yesus dalam kondisi terbaik-Nya ketika Ia berdoa bagi musuh-musuh-Nya. Dan,
pada tingkatan yang sangat nyata, demikian juga dengan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar