Kasih Yang Memikat
“Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN dan
berkata: ‘Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat
allah emas bagi mereka. Tetapi sekarang, kiranya Engaku mengampuni dosa mereka
itu – dan jika tidak hapuskanlah kiranya namaku dari kitab yang telah Kautulis”
(Keluaran 32: 31, 32).
Serangan Musa yang gagal melawan ketidakadilan yang ia lihat atas
rakyatnya yang menderita sejalan dengan karakter prinsipnya yang konsisten
dengan latar belakang militernya. Kemudian, setelah beberapa dekade orientasi
ulang di padag gurun, ia mulai mengenal hukum kasih yang mendasari aturan Ilahi
dan bertindak selaras dengan ajaran itu. Gaya kepemimpinannya mengungkapkan
kasih sayang bagi bangsanya begitu kuat sehingga ia lebih memilih mati dan
mengampuni mereka daripada hidup dan melihat mereka hancur (Kel. 32:32).
Yesus, Musa kita yang lebih baik, menunjukkan kualitas kasih-Nya
yang bahkan lebih mencengangkan. Dia, yang membuat kita sebagai agen moral yang
bebas, bukan robot yang deprogram untuk patuh sesuai dengan kebutuhan sejak
penciptaan kita telah diberikan kepada kita bukti kekal akan pemeliharaan dan
kasih sayang-Nya. Penderitaan yang kita alami, ketidakadilan yang menimpa kita,
kekecawaan dan rasa sakit yang menerpa kita, keterbatasan akibat dari usia
lanjut, dan kematian yang tak terhindarkan yang kita warisi semuanya bukanlah
perbuatan-Nya. Tak satu pun dari bagian ini yang merupakan disain Eden. Semua
ini adalah konsekuensi dari pilihan kita, keputusan kita untuk
mengabaikan hukum-Nya, penyimpangan kita dari keselamatan hadirat-Nya ke
jalan kejahatan dengan segala konsekuesi neraka mereka.
Penurutan oleh karena paksaan bertentangan dengan sifat-Nya,
tetapi bukan demikian dengan musuh-Nya Setan. Keinginannya adalah untuk
menundukkan dan musuh-Nya-Setan. Keinginannya adalah untuk menundukkan dan
merayu. Sifat khusus adalah untuk membujuk dan menarik. Firman-Nya “Ikutlah
Aku” adalah undangan yang menyenangkan-bukan perintah yang kaku. Ketika
beberapa orang seperti pengusaha kaya muda, yang berpaling, dan yang lainnya
yang mengikuti hanya untuk mendapat roti dan ikan, meninggalkan Dia pada masa
pemeriksaan, hati-Nya yag penuh kasih terluka.
Kristus tidak lagi berjalan dan berbicara di bumi sebagai Mesias,
tetapi melalui Firman-Nya kita masih diundang, tidak dipaksa, dengan undangan
“datanglah kepada-Ku.” Permohonan-Nya bersifat “mendesak, tetapi
bukan memaksa.” Kita harus membuat pilihan dengan sadar untuk
mengikuti-Nya setiap saat setiap hari. Ketika kita melakukannya, tangisan-Nya di
Golgota, “Bapa, ampunilah mereka,” diterima untuk kita, dan mesin kasir
kemuliaan bergemarincing dengan karunia yang berlimpah dan pengampunan.
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar