Jumat, 16 Juni 2017

Renungan Kristen : Memaniskan Air Pahit

Memaniskan Air Pahit

“Musa berseru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air, lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka “ (Keluaran 15:25).

Mara adalah ujian pertama bangsa Israel setelah melewati kelepasan Laut Merah dan pencobaan pertama Musa sebagai pemimpin umat yang baru dilepaskan. Mereka telah melakukan perjalanan selama tiga hari masuk ke padang gurun Syur dengan gembira bernyanyi dan menari sementara mereka merayakan kebebasan mereka.

Tetapi kegembiraan itu segera memberi jalan kepada perasaan takut dan frustasi – mereka tidak punya air. Mereka yang dengan aman dituntun menyeberang Laut Merah kini akan mati kehausan. Apakah mukjizat yang mereka baru saja saksikan semua merupakan  kebetulan  atau keberuntungan sementara? Apakah ini hanya sebahagian dari sejumlah tipuan kejam untuk menaikkan harapan mereka  dan kemudian meninggalkan mereka untuk binasa karena kehausan? Itu tidak masuk akal – jika Tuhan bisa membelah  Laut Merah, mengapakah Dia tidak bisa memberikan mereka air minum?

Bayangkan kelegaan mereka ketika mereka melihat aliran air di Mara dan kemudian mereka marah karena khawatir setelah menemukan bahwa airnya bukan hanya sangat pahit, tetapi juga terkontaminasi. Dan siapakah yang mereka salahkan? Musa, pemimpin mereka yang tampaknya menderita apa yang semua para pemimpin Allah akhirnya alami, dituduh dan disalahkan atas keadaan dan peristiwa yang atasnya mereka sama sekali tidak punya kendali.

Tetapi meski Musa tidak punya kendali atas kondisi ini, Tuhan punya. Dia menggunakan jalan buntu untuk menyediakan bagi umat itu bukti nyata akan kuasa-Nya dan kebutuhan mereka untuk bergantung kepada-Nya. Allah menyampaikan kepada Musa untuk membuang cabang dari pohon yang dipilih ke dalam sungai. Segera air itu menjadi bening dan manis dan umat itu memuaskan rasa dahaga mereka.

Yesus adalah cabang (Za. 3:8; 6:12) kebajikan yang menyembuhkan, mempermanis semua hari kita yang pahit, memberi nilai kepada keberadaan kita. Musa tidak memiliki suatu kekuatan yang bisa mengubah rasa air di Mara itu. Dia baru menggunakan alat (dia sendiri symbol dari Tuhan kita) untuk membawa kelepasan kepada umat-Nya.


Yesus tidak melemparkan dirinya sendiri tanpa berpikir ke dunia kita; Dia dengan sukarela – dengan bebas, dengan senang hati, dan dengan mengorbankan hidup-Nya. Inilah yang membedakan Dia sebagai cabang pembebas yang lebih besar – cabang kita yang berlimpah, Musa kita yang lebih indah, lebih pemurah Musa yang lebih baik.

Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...