Menderita Demi Kebenaran
“Bersungut-sungulah semua orang Israel
kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: ‘Ah,
sekiranya kami masih di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! (Bilangan 14:2)
Hanya dia yang secara salah telah dirutuh dan secara diejek oleh
orang yang untuknya dia telah berkorban dengan memberikan bantuan yang dapat
menghargai penderitaan Musa. Lagi dan lagi, ia yang paing lemah lembut dari
antara manusia, mendapati dirnya menjadi objek murka yang luar biasa dari
mereka yang tidak tahu berterima kasih. Kebencia mereka atas disiplin yang baik
dan kurangnya iman melebihi kebencian mereka terhadap perbudakan; mereka
menganggap kerasnya kehidupan di Mesir lebih baik daripada hukuman mereka di
padang gurun. Tudauhan mereka yang tidak adil dan kekasaran mereka yang terus
menerus begitu berdampak kepada Musa sehingga ia mempertanyakan pemeliharan
Allah dan bahkan nilai kehidupan itu sendiri. Dia tidak melakukan apa pun
sehingga layak mendapat perlakuan seperti itu.
Namun, perlakuan kejam yang Musa alami hanyalah perkara kecil jika
dibandingkan dengan kekejaman yang mematikan yang Yesus derita dari mereka yang
untuknya Dia datang unutk memberi keselamatan. Nubuatan Yesaya bahwa “Ia dihina
dan dihindari orang” (Yes 53:3) dengan gambling digenapi dalam kehidupan
pengorbanan dan perbuatan kejam yang Dia jalani. Sikap tidak hormat yang
Dia alami dari mereka yang Dia tuntun dan beri makan, penghinaan yang ditumpuk
kepada-Nya di gedung pengadilan Pilatus, pembelotan murid-murid-Nya pada masa
krisis Golgota, dan serangan kematian yang mengikuti Dia di atas kayu salib itu
tidak terkatakan sakitnya dan hinanya. Jawaban yang benar untuk pertanyaan
Pilatus (“kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?”) Adalah “Tidak ada” –
tidak ada sama sekali – namun berteriak, “Ia harus disalibkan!” (Mat. 27:23).
Ketika Dia memberi makan orang banyak dan menyembuhkan orang
sakit, mereka meninggikan-Nya sebagai Raja. Tetapi ketika Dia mengarahkan
mereka kepada kebenaran, kesederhanaan, dan penghakiman, mereka membeci-Nya.
Kasih tidak pernah begitu tidak berbalas, tidak pernah seorang pun yang begitu
difitnah dan ditolak, dan kasih karunia tidak pernah begitu dibenci. Bukannya
Dia datang untuk milik-Nya sendiri dan milik-Nya sendiri tidak menerima
Dia, mereka juga mencederai, menganiyayanya, dan menghancurkan Dia – mereka
mengambil nyawa-Nya.
Melakukan apa yang benar masih memikat penganiyayaan. Kerajaan dan
penduduknya masih menderita “tindakan kekerasan” (Mat. 11:12). Bagi warga
kerajaan, penderitaan tidak bisa dihindari – penderitaan adalah pilihan iman
“datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu” (Mat. 6:10) mereka dan keyakinan
yang kuat akan janji-Nya – “Setiap senjata yang ditempa terhadap engkau tidak
akan berhasil” (Yes. 54:17).
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar