Lihat Dan Hidup
“Lalu Musa membuat ular dari tembaga dan
menaruhnya pada sebuah tiang, maka jika seseorang dipagut ular dan ia memandang
kepada ular tembaga itu tetaplah ia hidup” (Bilangan 21:9).
Upah dosa adalah maut, dan sejak dari permulaan pelanggaran, umat
manusia telah dikunci dalam ragam rasa sakit, pertumpahan darah, dan segala
elemen bencana lain yang merupakan ketidaknyamanan yang baik yang Allah
ciptakan.
Pengharapan? Tidak ada pengharapan – pengharapan duniawi. Adam
tidak bisa mencegah wabah kematian dan kehancuran, tidak juga dengan anak
cucunya yang menderita. Umat manusia, berdasarkan kejatuhannya, adalah
benar-benar, selamanya terkutuk. Kita adalah ras yang ditakdirkan untuk punah.
Jika saja Kristus tidak datang ke dunia kita seperti yang Dia lakukan, keadaan
fisik, moral, dan mental kita akan segera jauh lebih lumpuh dan akhirnya
binasa.
Kita bukanlah ras yang ditakdirkan untuk hidup dalam
pertumpahan darah dan rasa sakit; kita adalah umat yang pasti akan mati –
tersedak tak bernyawa oleh ikatan otot sebagai konsekuensi dosa. Hal ini
membuat taggungan ganda. Kematian pertama akibat dari kelahiran alamiah kita
dan yang kedua sebagai akibat dari kesalahan pribadi kita.
Tetapi Yesus “membungkamkan musuh dan pendendam”(lihat Mzm 8:2).
Seperti halnya ular Musa yang menjadi titik temu yang kepadanya semua orang
yang digigit ular – yang sekarat oleh karena kelenjar bengkak dan gagal jantung
– dapat memandang dan dibuat pulih kembali, demikian juga kesehatan dan
kesembuhan disediakan di kayu salib untuk semua orang yang mau melihat dan
hidup.
Ular Musa yang disalibkan adalah sumber keselamatan hanya kepada
mereka yang melihat dalam iman. Mereka yang didapati berpikir secara ilmiah,
filosofis, atau yang lainnya , yang memiliki alasan teoritis untuk meragukan
khasiat salib di mana terdapat symbol dari makhluk yang melanda mereka
mati karena kurangnya iman. Mereka yang memandangnya – hidup ! dan demikian
juga kita jika tetap setia dan tidak takut.
Sebagaimana ular tembaga yang tampak seperti yang lainnya tetapi
berdasarkan komposisi logamnya ia menanggung beban yang berbeda, demikan juga
dengan Yesus yang datang “serupa dengan daging yang dikuasai dosa” (Rm.
8:3) oleh keilahian-Nya yang tidak mengenal kompromi dan kemanusiaa-Nya yang
tidak terkontaminasi berbeda dari manusia berdosa. Inilah sebabnya mengapa dan
bagaimana kita dapat dan harus melihat kepada Kristus di Golgota yang
disalibkan dengan tangan terbuka sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan,
kesembuhan, dan kekudusan kita.
Tuhan Yesus memberkati.
~Bernard Sagala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar