Jumat, 16 Juni 2017

Renungan Kristen : Bahaya Kritikan

Bahaya Kritikan

“Lalu kata Harun kepada Musa: ‘Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami” (Bilangan 12:11).

Miriam, saudara perempuan Musa, dan Harun, saudaranya, melakukan sesuatu yang begitu sering terlihat dalam hubungan kita satu sama lain; mereka membiarkan frustasi berubah menjadi kritik yang tidak baik. Keluhan mereka dipermukaan adalah bahwa Musa, saudara Ibrani mereka, menikahi Zipora, seorang wanita Etiopia. Tetapi kejengkelan mereka yang lebih mendasar adalah karena keunggulan Musa sebagai juru bicara Allah. Mereka menunjukkan sikap sinis yang tidak bahagia sehubungan dengan kewenangan khususnya ketika mereka bertanya: “Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Buknkah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?” (Bil.12:2). Sebagai konsekuensi dari kejahatan mereka, Miriam dihukum Allah dengan kusta. Kondisinya pulih kembali setelah tujuh hari, tetapi itu hanya karena mereka mengaku kesalahan mereka dan Musa memohon kepada Allah untuk kesembuhannya.

Hukuman Allah kepada kerabat terdekat Musa seharusnya menegaskan kepada semua bahwa bukan kepada Musa keraguan itu mereka hadapkan dan keluhan itu mereka ajukan. Sementara masyarakat umum gagal belajar dari kejadian itu, Musa dan saudara-saudaranya menyadarinya. Bahkan, tidak lama setelah itu ketika umat itu mencela mereka dengan pahitnya karena tidak memberikan makanan yang mereka dambakan, Musa memasukkan Harun dan Miryam sebagai mitra penuh dalam kepemimpinan, menyatakan, “karena TUHAN telah mendengar sungut-sungutmu yang kamu sungut-sungutkan kepada-Nya – apalah kami ini? Bukan kepada kami sungut-sungutmu itu, tetapi kepada TUHAN” (Kel. 16:8).

Apakah para pemimpin kita selalu benar? Tidak. Dalam kemanusiaan mereka, mereka kadang-kadang berbuat salah. Bahkan kemudian, bagaimanapun, kita harus berhati-hati untuk menghormati pejabat untuk menjaga reputasi gereja  dan “yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (lihat Mat. 7:12).


Ada waktu dan tempat untuk kritik yang membangun terhadap menjalankan gereja dan yang menjalankannya, tetapi tidak pernah untuk disungutkan dan dikeluhkan. Kerusakan kepada jiwa  yang dilakukan oleh aktivitas seperti itu lebih berbahaya daripada kelemahan atau kesalahan yang ingin ditangani. Hati ini, ketika tergoda untuk menggerutu atau mengeluh, mengapakah tidak dengan berani dan dengan membantu untuk berbicara langsung kepada individu yang terlibat dan meminta kepada Tuhan roh yang positif? Sikap negative adalah penyakit mematikan, virus yang merusak; sikap optimis adalah kekuatan, kebahagiaan, kebajikan yang sehat.

Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...