Lukas 7:36-50
Orang percaya adalah orang-orang yang mendapatkan anugerah pengampunan Kristus. Persoalannya, apakah kita sudah merespons anugerah ini dengan benar?
Yesus memuji perbuatan perempuan berdosa yang mempraktikkan kesalehan ”keramahtamahan” (45-46). Pemicu adegan ini adalah soal basuh-membasuh kaki tamu. Simon menjamu Yesus, tetapi tidak menyediakan air untuk membasuh kaki-Nya (44). Sampai akhirnya, seorang perempuan datang dan membasahi kaki Yesus dengan air matanya. Ia menyeka dengan rambutnya, mencium, dan meminyakinya dengan minyak wangi (38). Tindakan ini tentu tidak lazim dan ekstrem, sekalipun dalam budaya yang menghargai keramahtamahan. Lalu, mengapa Lukas perlu mencatat ini?
Lukas ingin mengontraskan sikap orang Farisi dan perempuan berdosa dalam merespons anugerah Allah. Orang Farisi merasa diri lebih baik dibandingkan perempuan ini (41-47). Sikap tersebut membuat mereka merasa tidak membutuhkan pengampunan.
Perempuan ini sebaliknya. Ia menyadari bahwa dosa- dosanya sangat besar sehingga membutuhkan pengampunan yang besar pula. Ketika menerima pengampunan itu, ia dapat merasakan anugerah Allah sungguh besar (47).
Gereja dan orang percaya seharusnya meneladani perempuan ini yang tetap bersikap rendah hati untuk terus melihat diri sebagai pendosa. Dengan begitu, kita terus dahaga untuk memohon pengampunan Allah yang besar.
Masalahnya, terkadang kita sudah puas karena membandingkan diri dengan orang lain. Kita menjadi tenang karena melihat kehidupan orang lain jauh lebih buruk dari diri sendiri. Padahal, ciri gereja/orang percaya seharusnya seperti perempuan berdosa yang menyadari keberdosaannya dan memerlukan anugerah Allah. Anugerah Allah akan menyadarkan betapa kita adalah manusia berdosa dan memerlukan pengampunan..
Doa: Tuhan, ajar kami menyadari dosa-dosa kami, sehingga dapat melihat anugerah-Mu. [JN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar