KELAHIRAN BARU
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.---Yohanes 3:3.
Pernyataan bahwa Kristus oleh kematian-Nya menghapuskan hukum Bapa-Nya, tidaklah beralasan. Seandainya hukum itu bisa diubah atau dikesampingkan, maka Kristus tidak perlu mati untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Kematian Kristus, yang sama sekali tidak menghapuskan hukum itu, membuktikan bahwa hukum itu tidak bisa diubah.
Hukum Allah, dari sifatnya sendiri, tidak dapat diubah. Hukum itu adalah penyataan kehendak dan tabiat Penciptanya. Allah adalah kasih, dan hukum-Nya adalah kasih. Prinsip agungnya ialah mengasihi Allah dan mengasihi manusia. "Kasih adalah kegenapan hukum Taurat" (Rm. 13: 10). Tabiat Allah ialah kebenaran; demikianlah sifat hukum-Nya. Pemazmur berkata, "Taurat-Mu benar", "segala perintah-Mu benar" (Mzm. 119: 142, 172). Dan Rasul Paulus menyatakan, "Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus,
benar dan baik" (Rm. 7: 12). Hukum seperti itu, yang menjadi penyataan pikiran dan kehendak Allah, sudah tentu sekekal Penciptanya.
Pertobatan dan penyucianlah yang mendamaikan manusia kepada Allah, oleh membawa manusia itu selaras dengan hukum-Nya. Pada mulanya manusia diciptakan menurut peta Allah. Ia sangat selaras dengan sifat dan hukum Allah. Prinsip-prinsip kebenaran dituliskan di dalam hati. Tetapi dosa memisahkan dia dari Penciptanya. Ia tidak lagi memancarkan peta Ilahi. Hatinya berperang dengan prinsip -prinsip hukum Allah. "Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah, hal ini memang tidak mungkin baginya" (Rm. 8: 7). Tetapi "karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal," agar manusia boleh diperdamaikan dengan Allah. Melalui jasa-jasa Kristus manusia itu bisa kembali selaras dengan Penciptanya. Hatinya harus diperbarui oleh rahmat Ilahi. Ia harus mempunyai hidup baru yang dari atas. Perubahan ini adalah kelahiran baru, tanpa itu kata Yesus "ia tidak bisa melihat kerajaan Allah."
Langkah pertama dalam pendamaian kepada Allah ialah pengakuan dosa. "Dosa ialah pelanggaran hukum Allah." "Oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (1 Yoh. 3: 4; Rm. 3: 20). Agar dapat melihat dosanya, orang berdosa itu harus menguji tabiatnya dengan standar kebenaran Allah. Standar kebenaran itu adalah cermin yang menunjukkan penyempurnaan tabiat kebenaran, dan yang menyanggupkannya untuk melihat cacat pada dirinya.
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar