Dikalahkan di Reruntuhan
“Tetapi mereka melarikan diri de depan
orang-orang Ai. Sebab orang-orang Ai menewaskan kira-kira tiga puluh enam orang
dari mereka; …. Lalu tawarlah hati bangsa itu amat sangat” (Yosua 7:4, 5).
Yerikho terhampar di area seluas lebih dari 4 hektar, cukup besar
untuk sebuah kota kuno di Timur Dekat. Sebuah tembok batu, dilengkapi menara
yang tingginya 25 kaki, mengelilingi kota itu. Bangsa Israel berbaris
mengelilinginya satu kali sehari dan dihari ketujuh mereka berderap
mengelilinginya sebanyak tujuh kali. Ketika tujuh orang imam yang membawa tabut
perjanjian meniup sangkakala mereka sebanyak tujuh kali dan bangsa itu
berteriak bersama-sama, tembok itu pun roboh. Dan para prajurit mengambil alih
kota.
Kota itu habis terbakar, dan Yosua mengucapkan sumpah atasnya:
“Terkutuklah di hadapan TUHAN orang yang bangkit untuk membangun kembali kota
Yerikho ini; dengan membayarkan nyawa anaknya yang sulung ia akan meletakkan
dasar kota itu dan dengan membayarkan nyawa anaknya yang bungsu ia akan
memasang pintu gerbangnya!” (Yosua 6:26). Terlepas dari kutuk keras ini, kota
itu kemudian dibangun kembali, meskipun pada zaman Yesus kota Yerikho tidak
berada persis di atas kota yang lama namun tak jauh dari itu.
Dengan kegembiraan yang meluap karena keberhasilan mereka di
Yerikho, tidak lama kemudian 3.000 tentara Israel itu berbaris menuju Ai,
sebuah kota tidak jauh dari Yerikho. Ai adalah juga sebuah kota pemerintahan
kuno, dan pada masa itu meliputi area sekitar 11 hektar – hampir tiga kali luas
Yerikho. (Yosua 8:25 melaporkan ada 12.000 orang yang tinggal di kota Ai.)
Dengan keberanian menggelisahkan 3.000 penyerbu Israel yang perkasa ini
menyerang Ai, tapi segera mundur dengan kekuatan penuh dan lari
tunggang-langgang seperti tikus yang ketakutan. Tiga puluh enam prajurit Israel
mati dalam serangan yang gagal itu. Yosua, dengan remuk hati, saat itu belajar
tentang akibat dari pencurian yang dilakukan Akhan, dan sampai sekarang kita
akan menduga “ada Akhan di perkemahan kita” ketika segalanya berlangsung buruk.
Kisah itu sendiri ironis. Pertama, Ai berarti “r(er)untuh(an).”
Kedua, pada sekitar tahun 2400 SM kota Ai telah musnah, dan hanya tersisa
berupa reruntuhan selama 1200 tahun. Jika data arkeologi ini benar, tidak ada
yang tinggal di sana pada saat kota itu ditaklukkan, atau barangkali hanya
segelintir orang yang tinggal di sekitar tempat itu. Sekali lagi jika itu
benar, maka 3.000 orang Israel itu dibuat kocar-kacir entah oleh siapa di saat
mereka menyerang sebuah kota yang hanya tinggal reruntuhan!
Beberapa pelajar Alkitab menemukan bahwa para arkeolog itu telah
salah menilai tentang reruntuhan kota Ai. Mungkin saja klaim itu benar adanya.
Tapi ada cara lain untuk mengeri kegagalan ini. Tanpa pertolongan Allah,
keberhasilan kita sering berakhir sebagai kegagalan – meskipun hanya berhadapan
dengan reruntuhan sebuah kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar