Kemurahan Hati Adalah Tanda Kelemahlembutan
“Apakah engkau begitu giat mendukung
diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi
Roh-Nya hinggap kepada mereka!”
Musa adalah orang yang cerdas. Ia menaati nasihat dari Allah, lalu
memilih 70 orang yang dapat berbagi tanggung jawab kepemimpinan. Dan ketekunan
yang mencengkram Musa pun hilang Gagasan untuk berbagi tanggung jawab dengan 70
orang membuat tingkat stress Musa menjadi surut.
Tentu saja Musa memercayai 70 orang yang dipilihnya. Tidak ada
gunanya ia mempunyai 70 orang pembantu yang tidak dapat melakukan apa-apa. Ia
akan kembali frustasi dan 70 orang ditunjuknya hanya akan mendapat bagian
amarahnya!
Allah membantunya dengan memberikan Roh-Nya kepada 70 orang itu
saat mereka telah berkumpul di kemah suci. “Diambil-Nya sebagian dari Roh yang
hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh tua-tua itu” (ay. 25). Sekarang
tidak ada lagi pertanyaan kemampuan mereka. Roh yang sama yang menginspirasi
Musa, sekarang ada pada mereka.
Dan keragu-raguan yang masih ada pun hilang ketika mereka
mengalami “kepenuhan… seperti nabi” (ay. 25). Kata Ibrani untuk “kepenuhan
seperti nabi” memiliki banyak ekspresi. Dalam 1 Samuel 19:24 ketika Raja Saul
mengalami kepenuhan seperti nabi, ia berbaring telanjang selama sehari semalam.
Satu Tawarikh 25:1, 3 berbicara tentang orang-orang yang bernubuat diiringi
kecapi, gambus, dan ceracap dengan kata lain: bermain musik. Dalam Yehezkiel
12:27 (dan di tempat lain juga) kepenuhan itu membuat mereka bisa meramal.
Yehezkiel 37 menyatakannya dalam konteks memberikan satu perintah. Dalam
Yeremia 19:14 berkhotbah.
Ke- 70 orang yang mulai mengalami kepenuhan itu mestinya telah
menyebabkan Bangsa Israel terpukau. Tetapi tidak semua. Seorang abdi, Yosua,
tetap waspada – bukan untuk dirinya, tetapi demi Musa. Ia mendorong Musa untuk
mencegah Eldad dan Medad (dua di antara 70 orang itu yang entah mengapa tidak
hadir di kemah suci) dari bernubuat.
Jawaban Musa kepada Yosua menunjukkan harapan dan karakter aslinya
“Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya
hinggap kepada mereka!” (ay. 29). Ia belum tahu apa yang disebut kecemburuan
professional.
Anda lihat, tidak cukup hanya mendelegasikan. Jika kita
benar-benar menginginkan ketenangan pikiran, maka kita perlu cukup rendah hati
untuk membela semua yang membantu kita. Itulah yang disebut kepemimpinan
sejati!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar