Wanita Pemberani
“Berikanlah kepadaku suatu hadiah; telah
kauberikan kepadaku tanah yang gersang, berikanlah juga kepadaku mata air”
(Hakim-hakim 1:15)
Sebelum Musa meninggal, Allah telah menunjuk Yosua untuk melayani
sebagai penerusnya. Namun Yosua tidak menerima perintah Ilahi seperti itu,
sehingga ia tidak memiliki orang untuk mengantikannya. Kaleb, sahabat Yosua,
muncul untuk waktu yang tak lama, dan kitab Hakim-hakim mencatat kemunculan
untuk waktu yang tak lama, dan kitab Hakim-hakim mencatat kemunculan pelbagai
pemimpin yang datang dan pergi. Inilah waktunya ketika “setiap orang berbuat
apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hka.17:6).
Pada suatu ketika Kaleb menantang para prajuritnya untuk
mengalahkan dan merebut Kiryat-Sefer (Debiri). Ia menjanjikan kepada orang yang
berhasil “Akhsa, anakku, menjadi isterinya” (ay.12).
Otniel, adik Kaleb (ay. 13), merebut kota itu. Lalu Kaleb
memberikan Akhsa menjadi istrinya. Nampaknya Otniel gembira menerima hadiah
itu, tapi dari apa yang terjadi kemudian, kita mendapati bahwa Akhsa yang tidak
merasa puas.
Ketika Otniel mendatangi Akhsa, wanita itu malahan mengomelinya
mengapa tidak meminta tanah – hadiah yang lebih berharga ketimbang
wanita! Karena Otniel merasa segan untuk menghadap kepada Kaleb, Aksha pun
mengambil seekor keledai dan berderap ke tempat ayahnya. Melihat anaknya, Kaleb
segera menduga ada yang tidak beres.
Dengan kasar Akhsa berkata, “Telah kauberikan kepadaku tanah yang
gersang” dan lanjutnya, “berikanlah juga kepadaku mata air” (Hak.1:15). Kalimat
pertama yang dilontarkannya memiliki makna yang kurang jelas dalam bahasa
Ibrani, dan dapat berarti bahwa Kaleb telah mencampakkannya seperti sebuah
tanah gurun yang murah atau bisa juga berarti Kaleb telah memberikannya sebuah
tanah gersang. Apa pun itu artinya Akhsa tidak gembira karenanya. Tindakan
ayahnya sendiri telah merendahkannya. Ayahnya memperlakukannya seperti barang
tak berharga..
Kaleb dengan tenang menerima keluhan putrinya dan memberikan
hadiah yang benar-benar berharga – dua buah mata air, yang, tentu saja,
merupakan asset yang sangat berharga di padang gurun yang panas.
Kejadian tersebut merupakan hal yang cukup aneh di sebuah
masyarakat patriakal, di mana kaum prialah yang menerima warisan dan memiliki
hak berbicara, dan wanita sering dianggap sama dengan harta benda, seperti
halnya hewan ternak dan rumah. Akhsa sungguh pemberani! Ia mengatasi ayahnya
sebagai kurang sensitive, namun tidak dipermalukan dan sebaliknya mendapat
ganjaran atas karakternya yang berani. Wanita bukanlah anak kecil – yang
hanya dilihat tetap tidak didengarkan Allah menginginkan para wanita untuk
diberi penghargaan yang tinggi – dan diberi hak untuk bertindak. (BS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar