Terlalu Bersemangat
“Mengapa kamu hendak melanggar titah TUHAN?
Hal itu tidak akan berhasil” (Bilangan 14:4).
Musa memberitahu rakyatnya bahwa 10 orang pengintai itu akan mati
oleh wabah penyakit dan sisa Bangsa Israel pun akan punah dalam perjalanan
menuju Kanaan. Sebagai tambahan, “jemaat” tersebut akan mengembara di padang
gurun selama 40 tahun, satu tahun untuk satu hari pengintai 10 orang itu di
Tanah Perjanjian.
Ketika mendengar bahwa perjalanan mereka akan menjadi lebih lama
dari seharusnya, “berkabunglah bangsa itu dengan sangat” (Bil. 14:39). Kata
Ibrani untuk “berkabung” berasal dari akar kata yang berarti “layu, mengering,”
Istilah itu bisa dimaksudkan sebagai kondisi fisik (mengkerut) tapi bisa juga
psikologis (sangat menyesal). Arti lainnya adalah perasaan rendah diri. Istilah
ini menggambarkan orang-orang kelelahan yang merangkak naik ke ranjang pada
tengah malam. Sudah 14 bulan berlaku sejak mereka meninggalkan Mesir.
Pasti hanya sedikit dari mereka yang bisa tidur lelap malam itu.
Tak pelak lagi mereka memutar ulang di ingatan mereka apa yang terjadi kemarin
dan kesalahan apa yang sudah mereka lakukan. Setelah bolak-balik dengan gelisah
semalaman, “bangunlah mereka pagi-pagi” dan mengaku, “kita telah berbuat dosa”
(ay. 40).
Rasa hormat dan malu adalah hal-hal yang sangat penting pada masa
itu di Timur Dekat. Orang-orang, terutama kaum pria, akan melakukan apa pun
sekuat tenaga untuk mempertahankan kehormatan dan menghindari rasa malu. Bahkan
sampai saat ini di Timur Tengah, tidak mudah bagi seseorang pria untuk mengakui
kesalahannya. Bukannya mengakui bahwa ia telah terlambat dan tertinggal
kereta, seorang pria Timur Tengah akan mengatakan, “Kereta itu pergi tanpa
aku.” Karenanya, pengakuan dosa dari Bangsa Israel pada saat itu sungguh
sesuatu yang luar biasa.
Orang-orang Israel yang sedang berkabung tersebut menerjang ke
Kanaan tanpa menghiraukan teguran Musa. “Hal itu tidak akan berhasil” (ay. 41).
Mereka bertekad untuk melaksanakan kehendak Allah – kehendak yang sebelumnya.
Mereka tidak peduli bahwa rencana Allah sudah berubah karena kelakukan buruk
mereka. Dan apa yang terjadi? “Lalu turunlah orang Amalek dan orang Kanaan yang
mendiami pegunungan itu dan menyerang mereka” (ay.45). kehendak Allah tidaklah kaku.
Apa yang kita lakukan dapat mengubahnya. Jangan berdiam diri di belakang Allah
ataupun terlalu bersemangat dan berlari mendahului-Nya. Tantangan bagi kita,
tentu saja, adalah untuk selalu peka terhadap kehendak-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar