Minggu, 11 Februari 2018

Renungan Pagi “Potret Kasih Allah” : 12 Februari 2018

 Terlalu Bersemangat

“Mengapa kamu hendak melanggar titah TUHAN? Hal itu tidak akan berhasil” (Bilangan 14:4).

Musa memberitahu rakyatnya bahwa 10 orang pengintai itu akan mati oleh wabah penyakit dan sisa Bangsa Israel pun akan punah dalam perjalanan menuju Kanaan. Sebagai tambahan, “jemaat” tersebut akan mengembara di padang gurun selama 40 tahun, satu tahun untuk satu hari pengintai 10 orang itu di Tanah Perjanjian.

Ketika mendengar bahwa perjalanan mereka akan menjadi lebih lama dari seharusnya, “berkabunglah bangsa itu dengan sangat” (Bil. 14:39). Kata Ibrani untuk “berkabung” berasal dari akar kata yang berarti “layu, mengering,” Istilah itu bisa dimaksudkan sebagai kondisi fisik (mengkerut) tapi bisa juga psikologis (sangat menyesal). Arti lainnya adalah perasaan rendah diri. Istilah ini menggambarkan orang-orang kelelahan yang merangkak naik ke ranjang pada tengah  malam. Sudah 14 bulan berlaku sejak mereka meninggalkan Mesir.

Pasti hanya sedikit dari mereka yang bisa tidur lelap malam itu. Tak pelak lagi mereka memutar ulang di ingatan mereka apa yang terjadi kemarin dan kesalahan apa yang sudah mereka lakukan. Setelah bolak-balik dengan gelisah semalaman, “bangunlah mereka pagi-pagi” dan mengaku, “kita telah berbuat dosa” (ay. 40).

Rasa hormat dan malu adalah hal-hal yang sangat penting pada masa itu di Timur Dekat. Orang-orang, terutama kaum pria, akan melakukan apa pun sekuat tenaga untuk mempertahankan kehormatan dan menghindari rasa malu. Bahkan sampai saat ini di Timur Tengah, tidak mudah bagi seseorang pria untuk mengakui kesalahannya. Bukannya mengakui bahwa ia telah  terlambat dan tertinggal kereta, seorang pria Timur Tengah akan mengatakan, “Kereta itu pergi tanpa aku.” Karenanya, pengakuan dosa dari Bangsa Israel pada saat itu sungguh sesuatu yang luar biasa.

Orang-orang Israel yang sedang berkabung tersebut menerjang ke Kanaan tanpa menghiraukan teguran Musa. “Hal itu tidak akan berhasil” (ay. 41). Mereka bertekad untuk melaksanakan kehendak Allah – kehendak yang sebelumnya. Mereka tidak peduli bahwa rencana Allah sudah berubah karena kelakukan buruk mereka. Dan apa yang terjadi? “Lalu turunlah orang Amalek dan orang Kanaan yang mendiami pegunungan itu dan menyerang mereka” (ay.45). kehendak Allah tidaklah kaku. Apa yang kita lakukan dapat mengubahnya. Jangan berdiam diri di belakang Allah ataupun terlalu bersemangat dan berlari mendahului-Nya. Tantangan bagi kita, tentu saja, adalah untuk selalu peka terhadap kehendak-Nya.


Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...