Kaki Iman Adalah Kaki Yang Basah
“Segera sesudah para pengangkat tabut itu
sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya
ke dalam air di tepi sungai itu – sungai Yordan itu sebak sampai meluap
sepanjang tepinya selama musim menuai – maka berhentilah air itu mengalir”
(Yosua 3:15, 16)
Yosua, penerus Musa mengemban dua tugas penting; (1) memimpin
Bangsa Israel menuju ke Tanah Perjanjian dan (2) membantu mereka menguasainya.
Yosua dengan cepat menyesuaikan diri dengan posisinya sebagai
pengganti Musa, dan Bangsa Israel mematuhinya. Malahan mereka mengatakan:
“Segala yang kau perintahkan kepada kami akan kami lakukan dan ke mana pun kami
akan kau suruh, kami akan pergi” (Yos. 1:16).
Memakan waktu 40 tahun untuk mendekati Kanaan. Dan dalam tiga hari
mendatang mereka akan menyebrangi Sungai Yordan untuk memasuki Tanah
Perjanjian. Tujuan akhir sudah di depan mata!
Mereka pun mendirikan kemah di sepanjang tepi sungai. Yosua
memberikan perintah kepada rakyatnya: “Kuduskanlah dirimu, sebab besok TUHAN
akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu.” (Yos. 3:5). Ini adalah
saat yang paling ditunggu-tunggu oleh Bangsa Israel. Sekitar lima mil (+ 8
kilometer) kea rah barat terletak kota Yerikho, sebuah kota yang memiliki
benteng paling tua di dunia dan tanah paling rendah di dunia karena berada 825
kaki di bawah permukaan laut. Bangsa Israel harus merebut kota ini terlebih
dulu.
Waktunya telah tiba bagi mereka untuk menyeberangi Sungai Yordan.
Mereka beruntung karena lokasi yang baik, berada dekat dengan kubu al-Maghtas.
Namun mereka kurang beruntung karena waktu yang nampaknya tidak tepat, saat
mana sungai sedang meluap karena air hujan dan lelehan salju dari pegunungan.
Ketika semua sudah siap untuk bergerak, para imam berbaris
menderap di depan rakyat Israel, yang mengikuti kurang lebih 3.000 kaki
(+1kilometer) di belakang. Ketika imam-imam itu berada dekat dengan sungai, air
nampak bergemuruh, tapi begitu alas kaki mereka menginjak air yang berlumpur
itu, aliran air yang deras itu pun berhenti. Dan setiap orang menyeberang
dengan selamat melalui dasar sungai.
Saat kita mengharapkan mukjizat dari Allah, kita harus bertindak
untuk menyambutnya. Terkadang mukjizat yang diharapkan tidak terjadi… sampai
kita mengambil sikap seolah-olah mukjizat itu telah terjadi. Ya, terkadang kaki
iman kaita harus basah terlebih dulu. (BS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar