Demikianlah caranya tempat yang kudus itu diatur. Maka imam-imam senantiasa masuk ke dalam kemah yang paling depan itu untuk melakukan ibadah mereka.--- lbrani 9: 6.
Kebenaran penting mengenai pendamaian diajarkan oleh upacara lambang-lambang. Suatu pengganti diterima sebagai pengganti orang berdosa. Tetapi dosa tidak dapat ditiadakan oleh darah korban. Dengan demikian suatu cara telah disediakan untuk memindahkan dosa itu ke tempat kudus. Dengan mempersembahkan darah, orang-orang berdosa mengakui otoritas hukum, mengakui kesalahannya dalam pelanggaran, dan menyatakan keinginannya untuk memperoleh pengampunan melalui imam kepada Penebus yang akan datang. Tetapi ia belum seluruhnya dibebaskan dari hukuman dan kutukan hukum. Pada Hari Pendamaian, setelah mengambil persembahan orang banyak, imam besar masuk ke bilik yang maha kudus dengan darah persembahan ini, dan memercikkan darah itu ke atas tutup pendamaian, langsung ke atas hukum itu, untuk memenuhi tuntutannya. Kemudian, dalam sikapnya sebagai pengantara, imam besar itu mengambil dosa-dosa itu kepada dirinya dan membawanya keluar dari tempat kudus. Dengan meletakkan tangannya di atas kepala kambing Azazel, ia mengakui segala dosa-dosa ini, dengan demikian menggambarkan pemindahan dosa-dosa itu dari dirinya ke kambing jantan. Kemudian kambing membawa dosa-dosa itu jauh-jauh dan mereka menganggap dosa-dosa itu dipisahkan dari mereka selama-lamanya.
Demikianlah upacara yang dilaksanakan "sebagai gambaran dan
bayangan dari perkara-perkara surgawi." Dan apa yang dilakukan dengan
lambang dalam pelayanan tempat kudus duniawi, dilakukan dengan sesungguhnya
dalam pelayanan tempat kudus surgawi. Setelah kenaikan-Nya, Juruselamat kita
memulai pekerjaan-Nya sebagai imam besar kita. Rasul Paulus berkata,
"Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia
yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam surga
sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita'' (Ibr. 9: 24).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar