Jumat, 05 Juli 2019

Kabar Baik 6 Juli 2019


RUMAH YANG DAPAT DIBERKATI ALLAH

"Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya" (Kejadian 18:19).
Dalam pandangan Allah, seorang pria itu adalah apa adanya dia dalam keluarganya. Kehidupan Abraham, sahabat Allah, dicirikan dengan sikap yang amat taat pada perintah Tuhan. Ia membudayakan agama dalam rumah tangga. Rasa takut akan Allah memenuhi seisi rumah tangganya. Dia adalah imam dalam rumah tangganya. Ia memandang keluarganya sebagai kepercayaan kudus. Rumah tangganya berjumlah lebih dari seribu jiwa, dan ia mengarahkan mereka semua, para orang tua dan anak-anak, kepada Penguasa Ilahi. Ia tidak mengalami penindasan orang tua pada satu sisi atau pemberontakan anak di sisi lain. Oleh pengaruh terpadu dari kasih dan keadilan, ia memimpin rumah tangganya dalam takut akan Allah, dan Tuhan menjadi saksi atas kesetiaannya.

Ia "memerintahkan... seisi rumahnya." Tidak akan ada kelalaian untuk mencegah kecenderungan jahat dari anak-anaknya, tidak ada sifat pilih kasih, tidak ada pengorbanan keyakinan akan kewajibannya untuk menuntut kasih sayang yang salah. Abraham bukan saja memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, namun ia mempertahankan otoritas hukum yang benar dan adil itu.

Sungguh sedikit orang di zaman kita yang mengikuti teladan ini. Di pihak banyak orang tua terdapat sikap satu perasaan yang buta dan mementingkan diri, yang dinyatakan dengan cara membiarkan anak-anak dalam pertimbangan mereka yang belum matang dan hasrat yang belum berdisiplin, untuk mengendalikan diri mereka menurut kemauan mereka sendiri. Ini adalah kekejaman terburuk bagi orang muda, dan kesalahan besar bagi dunia. Kesalahan orang tua menyebabkan gangguan dalam keluarga dan masyarakat. Ini menegaskan pada orang muda untuk mengikuti kecenderungan-kecenderungannya, gantinya menyerah pada tuntutan-tuntutan Ilahi.

Orang tua dan anak-anak sama-sama milik Allah untuk diperintah oleh-Nya. Dengan kasih sayang dan otoritas yang dipadukan, Abraham memimpin rumah tangganya. Firman Allah telah memberikan kita aturan untuk menjadi tuntunan kita. Aturan ini membentuk standar yang tidak bisa kita belokkan jika kita ingin tetap di jalan Tuhan. Kehendak Allah harus menjadi yang utama. Pertanyaan yang harus kita tanyakan bukanlah: Apakah yang telah dilakukan orang lain? Apakah yang akan dipikirkan oleh sanak keluargaku? Atau, Apakah yang akan mereka katakan jika aku mengikuti jalan ini? Tetapi, Apakah yang Allah katakan? Tidak ada orang tua maupun anak yang bisa benar-benar sejahtera di jalan mana pun kecuali di jalan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...