Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.---2 Korintus 1; 9.
Pikiran harus dipusatkan
pada Allah. Kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh mengalahkan
kecenderungan-kecendemngan jahat dari hati alamiah kita. Usaha kita,
penyangkalan diri dan ketabahan kita, haruslah sebanding dengan nilai tak
terbatas yang harus kita kejar. Hanya dengan mengalahkan sebagaimana Yesus
telah kalahkan maka kita akan memenangkan mahkota kehidupan.
Bahaya manusia yang besar ialah menipu diri sendiri, memanjakan rasa kepuasan sendiri, dan dengan begitu memisahkan diri dari Allah, sumber kekuatannya.. Kecenderungan kita yang alamiah, kecuali dibetulkan oleh Roh Kudus Allah, memiliki dalam dirinya benih-benih kematian moral. Kecuali kita berhubungan dengan Allah, kita tidak dapat menolak pengaruh pemanjaan diri yang tidak disucikan, cinta diri dan godaan berbuat dosa.
Untuk memperoleh
pertolongan dari Tuhan, kita harus menyadari kebutuhan kita.. Kita harus
benar-benar mengenal diri kita sendiri. Hanya orang yang mengenal dirinya
sebagai orang berdosa yang dapat diselamatkan oleh Tuhan. Hanya setelah melihat
diri kita yang tidak berdaya dan setelah meninggalkan rasa percaya diri
sendiri, barulah kita dapat berpegang pada kuasa Ilahi.
Bukan hanya pada
permulaan kehidupan keagamaan penyangkalan diri itu dilakukan. Pada setiap
langkah menuju ke surga, hidup itu harus dibarui. Semua perbuatan kita yang
baik bergantung pada satu kuasa di luar diri kita sendiri; karena itu perlu
jangkauan hati yang terus-menerus kepada Allah, satu pengakuan dosa yang
sungguh dan senantiasa merendahkan jiwa di hadapan-Nya. Bahaya mengelilingi
kita; dan kita aman hanya kalau kita menyadari kelemahan kita dan iman kita
bergantung teguh kepada Penyelamat yang perkasa itu.
Kita harus berpaling
dari ribuan pokok persoalan yang mengundang perhatian. Ada hal-hal yang menghabiskan
waktu dan menimbulkan pertanyaan, tetapi berakhir dalam kekosongan. Minat
tertinggi menuntut perhatian dan tenaga yang sungguh-sungguh yang begitu sering
diberikan kepada hal-hal yang relatif tidak berarti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar