Jangan melihat kepada anggur, kalau merah menarik warnanya, dan mengilau dalam cawan, yang mengalir masuk dengan nikmat, tetapi kemudian memagut seperti ular, dan menyemburkan bisa seperti beludak.---Amsal 23: 31,32.
Kemabukan oleh minuman anggur, bir dan sari buah apel sama saja
dengan yang disebabkan oleh minuman lebih keras lainnya. Penggunaan minuman ini
membangkitkan selera yang lebih kuat, dengan demikian kebiasaan akan minuman
keras terbentuk. Minum dalam jumlah sedang-sedang saja sebenarnya adalah
sekolah yang mendidik pemabuk. Namun begitu jahatnya cara bekerja dari minuman
perangsang yang lebih lunak ini sehingga orang sudah memasuki jalan raya menuju
kemabukan barulah korban itu menyadari akan bahaya yang mengancam.
Sebagian orang yang tidak pernah benar-benar dianggap mabuk tetap berada di bawah pengaruh kemabukan ringan. Mereka merasa bersemangat, pikiran tidak stabil dan tidak seimbang. Membayangkan dirinya aman, mereka pun minum dan minum lagi, sampai melampaui batas dan semua prinsip dikorbankan. Keputusan yang paling kuat pun sudah dirongrong, perhatian yang paling serius pun tidak cukup untuk menjaga agar selera rendah itu berada di bawah kendali akal sehat.
Bagian mana pun di dalam Kitab Suci tidak pernah menyetujui
penggunaan anggur yang memabukkan. Anggur yang diciptakan Yesus dari air pada
pesta nikah di Kana adalah sari buah anggur murni. Inilah "tandan buah
anggur yang masih terdapat airnya," yang Kitab Suci katakan,
"Janganlah musnahkan itu, sebab di dalamnya masih ada berkat" (Yes.
65: 8).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar