BAGAIMANA
KITA BISA MEMELIHARA HUKUM ALLAH
"Agung
dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya tetap untuk selamanya"
(Mazmur 111:3).
Satu
sinar kemuliaan Allah, satu pancaran cahaya kemurnian Kristus, yang menembusi
jiwa, membuat setiap noda cemar tampak menyakitkan, dan menelanjangi kecacatan
serta kerusakan karakter manusia. Bagaimanakah bisa manusia yang dibawa ke
hadapan standar suci hukum Allah, yang memperlihatkan motif-motif jahat
manusia, keinginan-keinginan yang tidak suci, ketidaksetiaan hati, kejahatan
bibir, dan yang memperlihatkan kehidupan, memegahkan diri atas kesucian?
Perbuatan-perbuatannya yang tidak setia dalam membatalkan hukum Allah
disadarinya, dan rohnya terpukul dan menderita di bawah pengaruh Roh Allah yang
menyelidik. Ia enggan saat memandang kebesaran, keagungan, karakter Yesus
Kristus yang murni dan tanpa cacat.
Ketika
Roh Kristus menggerakkan hati dengan kuasa besar yang membangunkan, ada satu
rasa kurang dalam jiwa, yang menuntun kepada penyesalan batin, dan merendahkan
diri, gantinya menyombongkan apa yang sudah dicapai. Ketika Daniel memandang
kemuliaan dan kegemilangan yang mengelilingi utusan surgawi yang diutus
kepadanya, ia berseru saat melihat pemandangan menakjubkan itu,
"Demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang
besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada
lagi kekuatan padaku."
Jiwa
yang tersentuh demikian tidak akan pernah menyelubungi diri dengan sikap
membenarkan diri, atau berpura-pura suci; namun akan membenci sifatnya yang
mementingkan diri, tidak menyukai sifatnya yang cinta diri, dan melalui
kebenaran Kristus akan berusaha memperoleh kemurnian hati yang selaras dengan
hukum Allah dan karakter Kristus. Kemudian ia akan merefleksikan karakter
Kristus, pengharapan kemuliaan. Baginya merupakan misteri besar bahwa Yesus
harus mengorbankan diri demikian hebat untuk menebus dia.
Ia akan
berseru bersama orang-orang yang rendah hati dan bibir yang gemetar, "Ia
mengasihiku. Ia menyerahkan Diri-Nya bagiku. Ia menjadi miskin, agar aku
melalui kemiskinan-Nya, bisa dijadikan kaya. Anak Manusia yang sedih itu tidak
menolak aku, namun mencurahkan kasih penebusan-Nya yang tiada habis agar hatiku
bisa dijadikan tahir; dan Ia membawaku kembali kepada kesetiaan dan menuruti
semua perintah-Nya. Sikap-Nya yang merendahkan hati, merendahkan diri,
penyaliban-Nya, adalah mukjizat terbesar dalam pertunjukan rencana keselamatan
yang menakjubkan.... Semua ini Ia telah lakukan agar bisa menanamkan kepadaku
kebenaran-Nya sendiri, agar aku bisa menuruti hukum yang telah kulanggar. Untuk
ini aku memuja Dia. Aku akan mengabarkan Dia kepada semua orang berdosa."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar