Kasih
adalah kegenapan hukum Taurat.---Roma 13: 10.
Kristuslah
yang telah mengumumkan hukum itu di atas Gunung Sinai, di tengah-tengah guntur
dan nyala api. Kemuliaan Allah, bagaikan api yang memusnahkan, turun ke puncak
gunung, dan gunung itu bergoncang atas kehadiran Tuhan. Rombongan besar orang
Israel yang tiarap di atas tanah telah mendengar dengan kagum perintah-perintah
suci dari hukum itu. Betapa berbedanya dengan suasana di atas bukit kebahagiaan
itu! Di bawah langit musim panas, tanpa suara yang memecah kesunyian kecuali
kicauan burung-burung, Yesus menyatakan prinsip-prinsip kerajaan-Nya. Namun Dia
yang berbicara kepada orang-orang pada hari itu dengan penekanan-penekanan
kasih telah membuka kepada mereka prinsip-prinsip hukum yang diumumkan di
Sinai.
Hukum
yang diberikan di atas Gunung Sinai adalah ucapan dari prinsip kasih, suatu
penyataan kepada dunia tentang hukum surga. Hukum itu ditahbiskan di dalam
tangan seorang Perantara--diucapkan oleh-Nya lewat kuasa siapa hati manusia
dapat disesuaikan dengan prinsip-prinsipnya. Allah telah menyatakan maksud
hukum itu ketika Dia menyatakan kepada Israel, "Haruslah kamu menjadi
orang-orang kudus bagi-Ku" (Kel. 22: 31).
Tetapi
Israel belum merasakan sifat rohani dari hukum itu, dan terlalu sering
penurutan mereka hanya sebagai ketaatan rupa dan upacara saja, bukan suatu
penyerahan hati kepada kedaulatan kasih. Ketika Yesus dalam tabiat dan
pekerjaan-Nya menunjukkan kepada manusia sifat-sifat Allah yang suci, penuh
kebaikan dan bersifat kebapaan, dan menunjukkan ketiadaan nilai dari penurutan
upacara belaka, para pemimpin Yahudi tidak menerima atau memahami
kata-kata-Nya. Mereka berpikir bahwa Dia terlalu menganggap enteng akan
tuntutan-tuntutan hukum itu; dan ketika Dia tetapkan di hadapan mereka
kebenaran-kebenaran dari perwujudan atau lambang upacara mereka yang ditetapkan
Ilahi, mereka hanya melihat luarnya saja, menuduh Dia berupaya untuk
mengubahnya.
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar