Tabut Perjanjian
“Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan
tabut perjanjian yang seluruhnya di salut dengan emas; di dalam tabut
perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang bernah
bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian” (Ibrani 9:4).
Tabut perjanjian itu dibedakan karena berbagai alasan,
salah satunya adalah sifat isinya. Ada tempat buli-buli emas, di mana disimpan
contoh manna ketika Tuhan pernah memberi makan umat-Nya selama 40 tahun. Di
dalamnya ada tongkat di mana Allah, melalui hamba-Nya Harun, mempermalukan
Firaun dengan penyihirannya; dan di dalamnya terkandung loh batu di mana
Sepuluh Perintah ditulis oleh Allah sendiri.
Masing-masing menyatakan dengan jelas kepada umat itu
mengenai hubungan perjanjian Allah dengan mereka. Manna itu mengingatkan mereka
perihal kuasa Allah untuk memasok kebutuhan fisik mereka; tongkat adalah
otoritasnya atas segala allah lain serta atas semua otoritas manusia; dan
Sepuluh Perintah Allah adalah kepeduliannya kepada kerohanian mereka serta
kesejahteraan mereka sosial mereka.
Lebih spesifik, tabut itu mewakili takhta Allah dan
merupakan objek bait suci. Di bagian atasnya, di bawah sayap emas kerub yang
melayang, adalah terang kemuliaan hadirat Allah. Sekali setahun imam besar
datang untuk mendapatkan pengampunan dan persetujuan bagi bangsa Israel.
Karena tabut berbicara mengenai kerapuhan makhluk ciptaan
serta kuasa Sang Pencipta, itu menunjukkan sesuatu yang tidak terdapat
pada bagian-bagian bait suci lainnya, hubungan Ilahi/manusia dan perjanjian
yang dinyatakannya. Hal ini menjelaskan dengan nada yang kudus dan serius
ketergantungan manusia terhadap kehendak Allah, kebutuhan mereka mengenai
pengampunan dosa, dan akhirnya, untuk kelangsungan hidup itu sendiri.
Tabut perjanjian dunia tidak lagi bersama kita. Namun,
dalam bentuk surgawi, yang merupakan model kita, adalah di mana kita tetap
setiap hari bertelut memohon pengampunan dan kemurahan. Karena Yesus
Juruselamat kita ada dank arena penghakiman diberikan kepada-Nya (Yoh. 5:22),
kita dapat “dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia” (Ibr, 4:
16) menyadari hal itu dihadapan hadirat-Nya, “ada sukacita berlimpah limpah, di
tangan kanan-Mu ada hikmat senantiasa” (Mzm. 16:11), dan Dialah yang membuat
Israel “tidak terlelap dan tidak tertidur” (Mzm. 121:4), dan bahwa “Ia hidup
senantiasa untuk menjadi Pengantara [kita]” (Ibr. 7:25).
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar