Musa Sang Perantara
“Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan
turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata
kepadanya: ‘Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami
sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir –
kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.’ Lalu berkatalah Harun
kepada mereka: “Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga
isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku”’ (Keluaran
32:1, 2)
Enam minggu setelah janji mereka untuk melakukan “semua
yang Allah katakan,” umat tersebut menghancurkan ketentuan perjanjian mereka
dengan tidak setia turut ambil bagian dalam penyembahan berhala.
Ketika Musa kembali dari persekutuan dengan Allah dan
melihat adegan yang memalukan ini, ia melemparkan loh batu di mana Allah telah
menuliskan hukum moral, dan memerintahkan agar anak lembu emas itu digiling
menjadi tepung dan abunya dicampur dalam air yang diminum oleh umat tersebut.
Setelah itu dengan tegas ia menegur mereka dan menyeruhkan untuk mendedikasikan
ulang kesetiaan mereka kepada Allah yang benar.
Ketidaksenangan Allah terhadap suku-suku yang tidak taat
tercermin dalam pernyataan-Nya kepada Musa: “berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘bangsamu
yang kau pimpin keluar dari tanah Mesir”’ (Kel. 32:7). Dengan kata lain, Dia
benar-benar menyangkal mereka, menghubungkan baik identitas maupun
pembebasan mereka kepada Musa dan bukan kepada Diri-Nya sendiri.
Ketika Musa memohon kepada Allah dalam ayat 13, meminta:
“Ingatlah kepada Abraham, Ishak, dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada
mereka Engakau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada
mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit , dan seluruh negeri
yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya
untuk selama-lamanya,” perantaraannya itu efektif, Allah menerima
permohonannya; umat yang diampuni, dan perjanjian terus berlanjut.
Sebagai mediator Israel, Musa mewakili Kristus, perantara
bagi kita semua. Kita semua me-“rusak” diri kita sendiri (ayat 7); “Seperti ada
tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorang pun tidak”’ (ayat 10). Kita semua
membutuhkan Perantara. Yesus adalah Musa kita – pemberi hukum, penebus kita, perantara
kita.
Ada pun rasa sakit dan masalah, kekeliruan dan kesalahan,
kekurangan, kelemahan, dan kegagalan kemarin, hari ini kita dapat mengungkapkan
kembali penyerahan kita kepada Allah dengan menyadari bahwa Dia, karena Yesus,
Perantara dan Sahabat kita, akan mendengar doa-doa kita, menyembuhkan sakit
kita, dan menghargai iman kita.
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar