Rabu, 08 Mei 2019

Saat Teduh 9 Mei 2019 : Rutinitas? Jangan!


Keluaran 23:14-19

23:14 "Tiga kali k  setahun haruslah engkau mengadakan perayaan bagi-Ku. 23:15 Hari raya Roti Tidak Beragi 1  l  haruslah kaupelihara; tujuh hari lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi, seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu, pada waktu yang ditetapkan dalam bulan Abib, m  sebab dalam bulan itulah engkau keluar dari Mesir, tetapi janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa. n  23:16 Kau peliharalah juga hari raya menuai 2 , o  yakni menuai buah bungaran p  dari hasil usahamu menabur di ladang; demikian juga hari raya pengumpulan hasil 3  q  pada akhir tahun, apabila engkau mengumpulkan hasil usahamu dari ladang. r  23:17 Tiga kali s  setahun semua orangmu yang laki-laki harus menghadap ke hadirat Tuhanmu TUHAN. 23:18 Janganlah kau persembahkan darah korban sembelihan yang kepada-Ku beserta sesuatu yang beragi, t  dan janganlah lemak korban hari raya-Ku bermalam sampai pagi. u  23:19 Yang terbaik dari buah bungaran v  hasil tanahmu haruslah kaubawa ke dalam rumah TUHAN, Allahmu. Janganlah kaumasak anak kambing dalam susu induknya. w "
========================================

Rutinitas berasal dari kata rutin, yang berarti prosedur teratur dan tidak berubah-ubah. Kita pasti mengalaminya karena melakukan kegiatan berulang- ulang, seperti bangun tidur, mandi, belajar, atau bekerja. Lalu bagaimana dengan beribadah? Mungkin kita juga menganggapnya sebagai rutinitas biasa. Akhirnya, kita berkesimpulan bahwa yang penting beribadah dan melayani. Hingga pada satu titik, kita pun mengalami kejenuhan. Kalau sudah begitu, kita telah terperangkap dalam kebiasaan dan kehampaan rutinitas.

Allah memerintahkan Israel untuk mengadakan kebaktian dan perayaan bagi-Nya. Misalnya, hari raya roti tidak beragi, hari raya menuai, dan hari raya pengumpulan hasil. Dari semua perayaan itu, Allah tidak mengharapkan hal tersebut menjadi rutinitas semata.

Allah menginginkan agar bangsa Israel mengingat pengorbanan yang telah dilakukan-Nya untuk mereka. Tujuh hari lamanya mereka harus makan roti tidak beragi untuk memperingati bagaimana Allah menyertai bangsa Israel keluar dari Mesir. Mereka harus menghadap ke Bait Allah tiga kali setahun dengan membawa persembahan terbaik. Ini untuk mengingatkan bahwa Allah adalah pemelihara kehidupan mereka.

Mari kita introspeksi. Apakah beribadah kepada Allah sekadar rutinitas atau kita memiliki kesungguhan hati datang kepada-Nya? Apakah kita tenggelam dalam lautan liturgi ibadah dan sudah melupakan maknanya?

Allah telah mengaruniakan Anak tunggal-Nya untuk menebus dosa dunia. Kita berharga di mata-Nya. Kita patut mensyukuri itu. Salah satu sarana untuk mengungkapkan rasa terima kasih kita adalah lewat ibadah. Oleh karena itu, ibadah harus kita jalani dengan sikap hati yang benar. Kita datang kepada-Nya bukan sekadar memenuhi rutinitas. Ucapan syukurlah yang menjadi motor utama aktivitas ibadah kita.

Doa: Tuhan, ajar kami untuk memiliki sikap yang benar ketika datang menyembah-Mu, mengingat anugerah keselamatan dari-Mu, dan pengorbanan yang telah Engkau lakukan. [SM]

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...