Mazmur 102:1-12
102:1 Doa seorang sengsara, pada waktu ia lemah lesu dan mencurahkan pengaduhannya ke hadapan TUHAN. (102-2) TUHAN, dengarkanlah doaku, j dan biarlah teriakku minta tolong k sampai kepada-Mu. 102:2 (102-3) Janganlah sembunyikan wajah-Mu l terhadap aku pada hari aku tersesak 1 . Sendengkanlah telinga-Mu m kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku! 102:3 (102-4) Sebab hari-hariku habis seperti asap, n tulang-tulangku o membara seperti perapian. 102:4 (102-5) Hatiku terpukul dan layu seperti rumput, p sehingga aku lupa makan rotiku. q 102:5 (102-6) Oleh sebab keluhanku r yang nyaring, aku tinggal tulang-belulang. 102:6 (102-7) Aku sudah menyerupai burung undan s di padang gurun, sudah menjadi seperti burung ponggok pada reruntuhan. 102:7 (102-8) Aku tak bisa tidur t dan sudah menjadi seperti burung terpencil u di atas sotoh. 102:8 (102-9) Sepanjang hari aku v dicela oleh musuh-musuhku, w orang-orang yang mempermainkan aku menyumpah x dengan menyebut namaku. 102:9 (102-10) Sebab aku makan abu y seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan, z 102:10 (102-11) oleh karena marah-Mu a dan geram-Mu, sebab Engkau telah mengangkat aku dan melemparkan aku. 102:11 (102-12) Hari-hariku seperti bayang-bayang b memanjang, dan aku sendiri layu c seperti rumput. 102:12 (102-13) Tetapi Engkau, ya TUHAN, bersemayam untuk selama-lamanya, d dan nama-Mu tetap e turun-temurun. f
=================================================================
Dalam doa keluhan kepada TUHAN (1), pemazmur memohon agar TUHAN mendengar teriakan minta tolongnya (2-3) dan juga memberkatinya (bdk. Bil. 6:26). Keluhan itu muncul karena pemazmur merasa ada sesuatu yang salah dalam hidupnya. Hal itu tampak dari kata yang digunakan oleh pemazmur, misalnya: dirinya lemah, menderita, lesu, dan terkucil seperti: asap dan perapian (4), rumput (5, 12), burung ponggok (7), burung terpencil (8), dan bayang-bayang memanjang (12). Dia merasa dirinya tak berdaya dan penuh penderitaan (9-10), serta menduga Tuhan telah marah, geram, dan melemparkannya (11).
Kecenderungan manusia ketika menghadapi masa-masa seperti itu adalah berkeluh kesah. Keluhan tersebut terucap karena kita tidak bisa mengerti mengapa Tuhan mengizinkan sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup kita. Jika keluh kesah hanya berhenti sampai di sini, mungkin tidak masalah. Yang menjadi masalah serius apabila kita mulai mempersalahkan Tuhan dan menganggap Dia tidak peduli terhadap hidup kita. Lebih parah lagi, jika kita kecewa, lalu meninggalkan Tuhan.
Sekalipun pemazmur mengeluh, dia tidak menganggap dirinya lebih bijaksana dan berhikmat daripada Tuhan. Di awal doanya, dia justru mengarahkan hatinya kepada TUHAN dan berharap kepada-Nya. Dalam kisah Ayub (pasal 40-41), TUHAN bukan saja tidak memberikan jawaban atas pergumulan Ayub, malahan Tuhan balik bertanya kepada Ayub. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Ayub tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kuasa dan hikmat TUHAN.
Apa yang mesti dilakukan jika kita dirundung kesulitan, atau penderitaan? Carilah TUHAN dan ungkapkan dengan jujur perasaan kita kepada-Nya, tanpa menuduh TUHAN melakukan sesuatu yang buruk kepada kita (Yer. 29:11). Satu penghiburan kita adalah bahwa Yesus merasakan penderitaan dan kesusahan kita (Ibr. 4:15). Sebab itu, Ia sanggup menghibur dan menguatkan kita agar kita bisa jadi berkat bagi orang lain (2Kor. 1:3-4). [RH]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar