Rabu, 16 Desember 2015

Makna Natal dan Perubahan Hidup Orang-Orang Percaya

Filipi 2:5-8

Merayakan hari Natal sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang Kristen. Oleh karena itu, makna Natal yang sesungguhnya sering kali tidak lagi begitu dipedulikan. Maka, wajarlah bila perayaan hari Natal itu tidak lagi membawa perubahan apa-apa bagi mereka, kecuali keletihan dan anggaran keuangan yang semakin menipis.
Hari Natal memang sudah biasa dirayakan, tetapi sebenarnya hari Natal tetap merupakan hari yang luar biasa. Hari Natal mengingatkan orang-orang percaya bahwa Allah pernah datang ke dalam sejarah umat manusia. Hari Natal bukan sekadar merayakan hari lahirnya seorang bayi yang bernama Yesus, tetapi mengingatkan umat manusia bahwa Allah telah berinkarnasi menjadi manusia untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang berdosa.
Pada hari Natal, hendaknya setiap umat Tuhan tidak hanya berpesta ria, tetapi perlu pula menyisihkan waktu untuk merenungkan secara mendalam akan makna yang terkandung dalam inkarnasi Tuhan Yesus.
Allah berfirman melalui Rasul Paulus, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil. 2:5–8). Firman Tuhan itu berseru kepada setiap orang percaya untuk meneladani Tuhan Yesus Kristus yang telah berinkarnasi pada hari Natal.

1. Tuhan Yesus Tidak Mementingkan Diri Sendiri
Tuhan Yesus yang di dalam hati dan pikiran-Nya tidak hanya mementingkan diri sendiri, perlu diteladani.
Manusia berdosa yang egois dan egosentris cenderung hanya memikirkan diri sendiri tanpa memedulikan orang lain. Kalaupun ia memerhatikan orang lain, sering kali itu dikarenakan dua hal: orang lain itu dapat menguntungkan dirinya atau sebaliknya telah merugikan dirinya. Jadi, dengan kata lain, ia memerhatikan orang lain hanya semata-mata demi dirinya sendiri.
Sebagai orang-orang yang telah lebih dahulu dikasihi, diselamatkan, dan diperbarui oleh Tuhan Yesus, apakah Anda masih hidup dalam keadaan yang egois dan egosentris? Seharusnya, tidaklah demikian! Teladan Tuhan Yesus dalam memikirkan orang lain dan bukan hanya memikirkan diri sendiri harus dicontoh oleh setiap orang yang percaya kepada-Nya.

2. Tuhan Yesus Datang untuk Melayani
Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk melayani. Hal ini harus diteladani pula! Sebab, memikirkan orang lain secara abstrak saja tidaklah cukup, tetapi harus ada tindakan nyata untuk mewujudkannya. Kalaupun Tuhan Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan itu, mau datang ke dalam dunia yang hina dan penuh dosa ini, sesungguhnya hal itu sudah merupakan penghargaan yang tiada tara bagi manusia nista. Akan tetapi, yang dilakukannya jauh lebih besar ... Ia rela datang untuk melayani (Mat. 20:28).
Apakah manusia bila dibanding dengan Dia yang Mahakudus dan Mahamulia? Bila Tuhan Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, tidakkah kita sebagai murid-murid-Nya harus melayani dengan lebih sungguh lagi?
Banyak orang yang membutuhkan pelayanan kita, baik saudara-saudara seiman maupun orang-orang yang belum mengenal Tuhan Yesus. Marilah kita melayani dengan segenap hati, jiwa, kekuatan, dan akal budi kita serta sesuai dengan kemampuan dan talenta yang ada pada kita.

3. Tuhan Yesus Rela Mengorbankan Diri
Tuhan Yesus rela berkorban demi umat manusia. Dengan kerelaan-Nya untuk berinkarnasi menjadi manusia, sebenarnya Tuhan Yesus telah memberikan pengorbanan yang besar. Ia yang tidak terbatas rela menjadi terbatas; Ia yang Mahakaya rela menjadi miskin; Ia yang Mahakuasa dan Mahamulia rela menjadi pelayan. Bukankah semuanya itu telah menunjukkan suatu pengorbanan yang sangat besar?
Akan tetapi, pengorbanan yang Tuhan Yesus berikan jauh melebihi semuanya itu! Ia rela mati di atas kayu salib demi penebusan dosa umat manusia yang seharusnya binasa. Segala hukuman dan derita yang seharusnya diterima oleh umat manusia telah dipikul-Nya sendiri di atas kayu salib sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Tuhan Yesus datang ke dunia pada hari Natal adalah untuk menebus dosa manusia melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib.

Pelayanan yang berarti senantiasa menuntut adanya pengorbanan. Pengorbanan Kristus yang tiada taranya itu telah membuka lembaran baru bagi manusia. Ia memberi kehidupan yang penuh pengharapan bagi manusia yang sudah tak berpengharapan.

Bagaimana respons Saudara dan saya, orang-orang yang telah diselamatkan-Nya? Apakah ada kerelaan di hati kita untuk berkorban bagi Tuhan, pelayanan, dan sesama manusia? Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang terindah dalam kerelaan berkorban. Tidakkah kita mau meneladani-Nya?
Bagaimana kita menghadapi hari Natal yang merupakan peringatan akan inkarnasi Tuhan Yesus? Mungkin saja hari Natal ini akan berlalu seperti tahun-tahun kemarin tanpa memberikan dampak dan perubahan yang berarti dalam hidup kita. Akan tetapi, bukan tidak mungkin hari Natal kali ini mendatangkan berkat Tuhan dan dampak positif dalam hidup kita. Semua itu terpulang kepada bagaimana kita melalui hari Natal dan bagaimana pula respons kita terhadap Yesus Kristus yang telah berinkarnasi pada hari Natal.

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...