Belajar Menjadi Bijak
26:1 Seperti salju di musim panas dan hujan x pada waktu panen, demikian kehormatanpun tidak layak bagi orang bebal. y 26:2 Seperti burung pipit mengirap dan burung layang-layang terbang, demikianlah kutuk tanpa alasan tidak akan kena. z 26:3 Cemeti adalah untuk kuda, kekang untuk keledai, a dan pentung untuk punggung orang bebal. b 26:4 Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri c menjadi sama dengan dia. 26:5 Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak. d 26:6 Siapa mengirim pesan dengan perantaraan orang bebal e mematahkan kakinya sendiri dan meminum kecelakaan. 26:7 Amsal di mulut orang bebal f adalah seperti kaki yang terkulai dari pada orang yang lumpuh. 26:8 Seperti orang menaruh batu di umban, demikianlah orang yang memberi hormat kepada orang bebal. g 26:9 Amsal di mulut orang bebal h adalah seperti duri yang menusuk tangan pemabuk. 26:10 Siapa mempekerjakan orang bebal dan orang-orang yang lewat adalah seperti pemanah yang melukai tiap orang. 26:11 Seperti anjing kembali ke muntahnya 1 , i demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya. j 26:12 Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak 2 , k harapan bagi orang bebal lebih banyak dari pada bagi orang itu. l 26:13 Berkatalah m si pemalas: "Ada singa di jalan! Ada singa di lorong! n " 26:14 Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya. o 26:15 Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikannya ke mulutnya. p 26:16 Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana.==============================================================
Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang, sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Aktivitas ini sudah dilakukan setiap orang sejak mereka masih bayi. Jika tidak ada perubahan, maka pertumbuhan si bayi menjadi keprihatinan bagi orang tuanya.
Agaknya penulis amsal memberikan gambaran mengenai seseorang yang tidak pernah mau berubah melalui proses belajar. Orang seperti ini disebut sebagai seorang bebal dan pemalas. Seperti salju di musim panas dan dan hujan di musim panen (1), maka kehormatan yang diberikan kepada mereka merupakan hal yang sia-sia. Bahkan kepercayaan yang diberikan kepada orang bebal cenderung menjadi kontraproduktif. Sebab dengan kebebalannya, mereka tidak menghasilkan hal positif apapun, selain hal yang negatif (6-9). Bentuk kepercayaan apapun yang diberikan kepada orang bebal dapat berakibat fatal bagi orang yang memercayakan (10). Selain itu, ia akan kembali mengulangi kesalahan yang pernah dilakukannya (11).
Sedangkan seorang pemalas menurut pengamsal kurang lebih sama dengan orang bebal. Mereka melihat masalah tetapi tidak berusaha menyelesaikannya (13), malahan berputar-putar pada masalah yang sama dan tidak mau beranjak dari tempatnya (14). Jadi, seorang bebal dan pemalas memiliki ciri khas yang sama, yaitu mereka merasa lebih bijak daripada orang lain (12, 16).
Gambaran orang bebal dan pemalas sangat banyak dijumpai di Alkitab. Ada kalanya kita merasa lebih bijak daripada orang lain. Tanpa disadari, kita justru berperilaku seperti orang bebal. Disini kita melihat bahwa orang bijak bukanlah orang yang menganggap dirinya bijak, tetapi orang yang mau belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya. Dengan demikian, ia menjadi orang yang dapat dipercaya dan dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik.
Sejauh mana kita dapat dipercaya orang lain dan hal itu menjadi penentu apakah kita bebal atau tidak. Marilah kita belajar menjadi bijak. [YSAN]
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar