Ayub 32:1-22
Allah Sumber Hikmat
Elihu berpegang pada pendapat umum yang menganggap bahwa seseorang yang
berumur lanjut pasti berhikmat dan tidak demikian halnya dengan orang muda (6).
Pandangan ini lazim karena orang yang lanjut umur diyakini memiliki banyak
pengalaman karena dianggap sudah makan asam garam kehidupan.Elihu mempunyai paradigma sendiri. Ia menyakini bahwa 'roh Allah yang di dalam manusia dan nafas Yang Mahakuasa' (8) yang memungkinkan seseorang berhikmat. Karena itu, ia berpendapat bahwa "hanya Allah yang dapat mengalahkan dia [Ayub], bukan manusia" (13). Dalam hal ini, pemikiran Elihu benar karena hikmat dalam hidup orang beriman tidak boleh didasarkan pada akal budi manusia, panjangnya usia, kekuasaan, dan kekayaan yang dimiliki manusia. Sebab, hikmat adalah pemberian Allah yang berharga dan tidak ternilai.
Meskipun Elihu menyatakan kebenaran bahwa hikmat berasal dari Allah, tetapi penulis kitab ini menyatakan alasan mengapa Elihu bersikeras untuk mengemukakan pendapatnya. Alasan utamanya adalah "supaya merasa lega" (20). Kalimat tersebut hanya bersifat emosional belaka. Sebenarnya, motif terselubung Elihu adalah menyalahkan dan mengalahkan Ayub ketimbang menimbulkan kesadaran sahabatnya. Dengan berani, Elihu memanipulasi pandangan yang benar untuk menguatkan posisinya yang sedang berdebat dengan Ayub. Malahan, ia berani bersumpah apabila pendapatnya tidak benar, maka "...Pembuatku akan mencabut nyawaku" (22).
Alih-alih menguji apakah motif Elihu saat ia mengutarakan pendapat sesuai dengan hikmat Tuhan atau tidak. Sebagai anak-anak Tuhan, sebaiknya kita menguji terlebih dahulu pendapat atau pandangan yang diutarakan tentang diri sendiri, orang lain, atau Tuhan dan karya-Nya melalui hikmat-Nya dan disertai dengan doa.
Sebelum suatu pendapat atau pernyataan dilontarkan kepada orang lain, hendaknya pandangan tersebut diuji terlebih dahulu, apakah sesuai dengan ajaran Alkitab atau tidak, sebelum dinyatakan secara terbuka. [SS]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar