Selasa, 27 Desember 2016

Renungan Natal : HADIAH SESUDAH NATAL

HADIAH SESUDAH NATAL


Kesaksian berikut ini merupakan satu cerita indah yang dapat Anda sampaikan kepada anak-anak SM Anda. Intinya adalah hadiah Natal tidak selalu harus berbentuk barang, tetapi sedikit tindakan kasih merupakan pemberian terindah bagi seseorang. 
 
Waktu itu bulan Juni. Di luar bunga-bunga berkembang, matahari bersinar, dan saya sedang menikmati sebuah hadiah Natal. 

Pada musim panas yang lalu, Danny, seorang anak di dekat tempat tinggal saya menanyakan apakah ia dapat memotong rumput di halaman saya dengan upah dua dolar. 

Kasihan anak ini, pikir saya, mungkin ia mau mengumpulkan sedikit uang. Ia tidak tahu betapa kecilnya penghasilan seorang pensiunan guru untuk masa inflasi seperti sekarang. Halaman saya kecil. Saya bisa memotong rumput sendiri. Dan dua dolar ongkosnya terlalu besar bagi saya. Saya terpaksa harus menolaknya. 

Lalu musim gugur tiba, disusul musim dingin yang bersalju, dan halaman rumput itu terlupakan. Pada malam Natal saya sedang menggantung sebuah hiasan Natal di pintu, waktu Danny datang lagi. 

"Nah," kata saya sambil tersenyum padanya, "saya rasa halaman rumput itu tidak perlu dipotong hari ini." 

"Saya membawakan sebuah hadiah Natal untuk Anda," katanya, sambil memberikan sebuah sampul surat. Ia tampak sedikit malu dan cepat- cepat pamit pulang. Saya membuka surat itu dan saya tidak akan pernah melupakan isinya, ditulis dengan huruf-huruf yang kekanak-kanakan. 

--- 

Tetangga yang baik: Saya mempunyai hadiah untuk Anda. Musim panas mendatang, saya akan memotongi rumput di halaman rumah Anda sepanjang musim. Selamat Natal. 
(Danny) 

--- 

Danny melakukan lebih dari sekedar memotong rumput di halaman saya pada musim panas itu. Ia telah mengajarkan saya bahwa hadiah yang pantas diberikan ialah memberikan diri sendiri. Natal tahun ini saya mempunyai hadiah untuk tetangga-tetangga saya. Sedikit kebaikan yang dapat saya lakukan bagi mereka sepanjang tahun. 

--- 

Saya harap, seperti saya, mereka semua akan menikmati hadiah Natal dari saya waktu bunga-bunga berkembang dan matahari bersinar. 
(Laura Norman) 

--- 

(Bahan diedit dari sumber:/Judul Buku : Kisah-kisah Nyata Seputar Natal/Penerbit : Kalam Hidup, Bandung, 1998/Halaman : 241 - 242/natal.sabda.org) 

* * * * * 

Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! (Filipi 4:5)

Renungan Natal "IA Menepati JanjiNya".

IA MENEPATI JANJINYA

Peristiwa ini terjadi ketika saya berusia 13 tahun dan sangat sulit bagi saya untuk menceritakannya kepada orang lain pada waktu itu. Tetapi sekarang, 10 tahun kemudian, hal itu menjadi kenangan Natal yang paling tidak bisa saya lupakan. 

Ada 118 pelanggan dalam rute pengiriman koran saya di Morganton, Carolina Utara. Saat hari Natal mendekat, saya mulai membawa kesan "ingatlah pada tukang koran" kepada pelanggan-pelanggan saya. Saya membeli 118 lembar kartu Natal yang murah, lalu menandatanganinya "dari tukang koran Andes", dan beberapa hari sebelum Natal memasukkan kartu ke dalam masing-masing koran. 

Hasilnya cukup memuaskan - bahkan, bisa dibilang spektakuler. Balasan kartu yang biasa adalah uang senilai 1 dolar yang dimasukkan ke dalam amplop bertuliskan "untuk tukang koran." Kecuali terhadap Nyonya Luke Woodbury, seorang janda yang sudah dikenal karena kesalehannya. Nyonya Woodbury sedang berdiri di pintu rumahnya saat saya tiba dengan koran Natal untuknya. 

"Aku ingin mengucapkan terima kasih secara khusus kepadamu, Johnny, untuk kartu Natalmu," ujarnya. "Perbuatan itu sangat baik dan menyenangkan bagi seorang perempuan tua." 

Kehangatan atas ucapannya membuat saya merasa tidak enak. 

"Aku tidak memiliki banyak uang untuk diberikan kepadamu," katanya, sambil menyerahkan beberapa uang receh, "Tetapi aku ingin kamu mengetahuinya: Aku melihatmu setiap hari melewati rumah ini. Setiap hari aku akan berdoa bagimu, Johnny. Aku akan berdoa agar Tuhan menolongmu dan menuntunmu ke mana pun kamu pergi, dan dalam kegiatan apa pun yang kamu lakukan." 

Nyonya Woodbury meletakkan tangannya di atas bahu saya, nyaris seperti sebuah usapan lembut, kemudian ia masuk ke dalam rumahnya. 

Seorang anak berusia 13 tahun cenderung sulit tersentuh oleh pengalaman yang demikian. Saya tidak begitu memikirkan kejadian tersebut pada saat itu. Lagipula saya tidak begitu tertarik dengan hal-hal yang bersifat keagamaan. 

Di tahun-tahun berikutnya, saya melihat Nyonya Woodbury dalam beberapa acara. Ia selalu tersenyum kepada saya dengan cara yang penuh makna. Ketika saya masuk Universitas Duke, saya lupa dengan Nyonya Woodbury hingga... Sampai 2 tahun lalu ketika titik balik dalam kehidupan saya muncul, saat konferensi Persatuan Para Atlit Kristen. Dari seorang Kristen yang asal-asalan, saya melangkah dari kehidupan sehari-hari yang gelap memasuki kehidupan baru yang cemerlang dan penuh sukacita bersama Kristus di tempat itu. 

Segera setelah mengalami pengalaman ini, saya mendapat kesempatan untuk bersaksi di Chattanooga, tempat saya kembali mengevaluasi hidup saya. Saya berbicara tentang betapa beruntungnya saya. Karena sebenarnya saya berusaha sangat keras untuk mendapat nilai rata-rata "C" di perguruan tinggi. Sedangkan dalam hal olahraga sepakbola, selama saya berada di SMU dan pada tahun awal kuliah, saya mengalami masalah dengan kurangnya berat badan dan talenta yang dibutuhkan. Namun, entah bagaimana saya mampu untuk mendapatkan kekuatan atau kemampuan ekstra yang saya perlukan untuk menyelesaikan segala sesuatunya. 

Setelah kebaktian di gereja, seorang perempuan memberitahu saya: "Semua kejadian yang engkau alami bukanlah hanya keberuntungan belaka; sudah pasti engkau memiliki orang-orang yang berdoa dengan tekun untukmu selama ini." 

Ini adalah benar-benar sebuah pemikiran baru. Orang tua saya sudah pasti mendoakan saya. Iman mereka memang selalu kuat. Kemudian saya mengingat Nyonya Woodbury dan janjinya untuk berdoa bagi saya. Betapa banyaknya saya berutang budi kepadanya! 

Beberapa bulan yang lalu saya mengetahui Nyonya Woodbury masuk ke sebuah rumah khusus, tempat ia bisa mendapatkan perawatan khusus. Sebagai penghargaan untuknya - dan untuk semua orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri dan bijaksana yang berdoa untuk orang lain - saya menceritakan kisah yang sekarang saya anggap sebagai Natal paling bermakna bagi saya. 

(http://natal.sabda.org/ category/jenis_bahan/ ceritakesaksian/Diambil dari:/Judul asli buku : Guideposts for The Spirit: Christmas Stories of Faith/Judul buku terjemahan : Guideposts bagi Jiwa: Kisah-kisah Iman Natal/Penulis : John Markas/Penerjemah : Mary N. Rondonuwu/Penerbit : Gospel Press, Batam/Halaman:414-418) 

* * * * * 

Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. (Mazmur 12:7)

Minggu, 18 Desember 2016

Misteri Allah, Sang Pencipta

Ayub 38:1-39:33

Misteri Allah, Sang Pencipta

Jika Perjanjian Lama menceritakan kedatangan Tuhan dengan tanda badai, maka penulis Alkitab ingin menggambarkan kemahakuasaan dan kebesaran Allah yang mengatasi apa pun di jagad raya ini. Dia menciptakan alam semesta dan isinya karena kedaulatan-Nya dan mengatur-Nya sedemikian rupa menurut kebijaksanaan-Nya.

Sekarang Tuhan yang menggugat Ayub. Dengan menggunakan sederetan panjang dan beragam pertanyaan, Tuhan mencecar Ayub. Beberapa di antaranya, "Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi?" (Ayb. 38:4); "Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dinihari atau fajar kau tunjukkan tempatnya...?" (12); "Apakah pintu gerban maut tersingkap bagimu atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat?" (17); "Apakah engkau telah masuk sampai ke perbendaharaan salju atau melihat perbendaharaan hujan batu?" (22); "Dapatkah engkau melepaskan kilat sehingga sabung menyabung sambil berkata kepadamu: "Ya"? (35); "Siapakah yang menyediakan mangsa bagi burung gagak, apabila anak-anaknya berkaok-kaok kepada Allah, berkeliaran karena tidak ada makanan?" (Ayb. 39:3); dan lain sebagainya. Pelbagai pertanyaan ini tidak membutuhkan jawaban ilmiah.

Misteri kehidupan jauh lebih besar dan luas daripada jangkauan akal budi manusia untuk memahami serta merumuskannya. Semestinya, orang percaya menyadari bahwa dalam banyak hal manusia memiliki keterbatasan. Sebaliknya, di sisi lain ada pribadi yang tidak terbatas dan sempurna, yaitu Allah. Tuhan menginginkan manusia membiarkan misteri tersebut sebagai rahasia dan hak Tuhan. Dengan membiarkan sisi Allah yang tak terpahami, kita bukan hanya melihat kemahakuasaan dan kebijaksanaan-Nya yang melampaui akal budi manusia, tetapi juga menerima keterbatasan kita sebagai manusia fana.


Melalui alam semesta dan segala isinya, kita melihat pribadi Allah yang Mahakuasa dan Mahabijak dengan segala misteri-Nya. [SS]

Kabar Baik 19 Des 2016

Shalom.
Menggeser panggilan yang Allah sudah tentukan sama dengan menggeser perlindungan Allah, sebab setiap penyimpangan berarti kita sudah meninggalkan Allah. »William Gurnal«

2 Samuel 6:6-7  Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir, maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.
Maksud Uza mungkin baik, dia membantu agar tabut Tuhan tidak tergelincir, namun yang baik menurut kita belum tentu baik bagi Tuhan, itu sebabnya kita jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan sebelum tahu persis apa itu kehendak Tuhan.

Kita perlu tekun bertahan menjalani jalan yang ditunjukkan Allah, jangan menginginkan tugas orang lain, pelayanan diluar jalur tidak mendatangkan perkenanan Tuhan.
Sangat berbahaya melaksanakan apa yang bukan tugas kita atau mengabaikan tugas karena melihat tugas orang lain lebih baik atau lebih sesuai dengan keinginan kita.
Apapun alasan raja Saul untuk mempersembahkan korban mendatangkan murka Tuhan, atau mengabaikan tugas seperti Yunus atau korah yang ditelan bumi ?

Kekeliruan yang disebabkan oleh kecongkakkan dan rasa tidak puas atas tugas yang ditentukan membuat kita lari seperti Yunus, padahal akan lebih baik bertumbuh bila tetap berada dihabitat kita.
Perhatikan dengan seksama, jangan sampai kesombongan keangkuhan karena merasa lebih malah menghancurkan kita, ingat kasus Miryam dan Harun, semua kita pasti dipakai Tuhan, tetapi ijinkan Dia yang mengaturNya agar perhimpunan kita menjadi sinergi yang tidak terbantahkan oleh siapapun juga.


Immanuel.

Sabtu, 17 Desember 2016

Kabar Baik 18 Des 2016

Shalom.
Hanya dengan pendidikan dan cita cita, kita akan tumbuh menjadi suatu bangsa. »Dewi Sartika«

Hosea 4:6  Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.

Menjadi orang percaya adalah anugerah terbesar dalam hidup kita, bahkan setiap orang percaya diangkatnya menjadi anggota kerajaan Allah, sebagai bagian dari anggota kerajaan Allah kita harus memiliki sikap hati yang benar.

Kejadian 21:18  Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar." 

Kata Tuhan yang pertama ialah 'bangunlah' yang berarti harus punya kemauan untuk mengalami perubahan kearah yang lebih baik.

Kata Tuhan yang kedua 'angkatlah' jangan takut dan kuatir, apalagi minder bersama Tuhan kita pasti sanggup untuk melakukan apapun juga.

Kata Tuhan yang ketiga 'bimbinglah' yang berarti kita harus mau diajar dan belajar supaya kita menjadi lebih baik dan lebih bijaksana.

Sebagai umat pilihan Allah hiduplah dalam ketekunan iman yang teguh, jangan lalai dan serampangan sebab Tuhan mencari kesempurnaan.

Yakobus 1:4  Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.


Selamat beribadah dan selamat melayani Tuhan kita. Immanuel.

Mendambakan Kasih Setia Tuhan

Mazmur 89:38-52

Mendambakan Kasih Setia Tuhan

Salah satu ciri khas pemazmur adalah ungkapan perasaannya secara terbuka dan jujur. Keterbukaan itu terkadang ditafsir sebagai sikap yang kurang ajar atau kurang santun dan hormat kepada Tuhan. Terkadang bentuknya seperti gugatan dengan kalimat yang sarkastis. Salah satunya adalah Mazmur 89 yang menjadi renungan pada hari ini.

Perasaan pemazmur mewakili kondisi umat Allah yang terbuang diungkapkan dengan kalimat yang tajam dan menggugat. Ayat 39-46 menjadi bentuk pengakuan akan kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan atas hidup umat-Nya. "Tetapi Engkau sendiri menolak dan membuang, menjadi gemas kepada orang yang Kauurapi, (Engkau) membatalkan perjanjian dengan hamba-Mu..." (39-40a) dan "Engkau menghentikan kegemilangannya, dan tahtanya Kaucampakkan ke bumi. Kau pendekkan masa mudanya, Kauselubungi dia dengan malu" (45-46). Pengakuan ini menjadi ungkapan kepahitan bahwa dirinya tidak berdaya. Kebanggaan bangsa Yahudi sebagai umat Allah beserta kota, Bait Suci, dan Taurat hancur dan lenyap. Harga diri mereka sirna dengan hancurnya Yerusalem dan Yehuda.
Peristiwa pembuangan menjadi tanda hilangnya martabat umat Tuhan. Mereka mengaku sudah tidak berdaya. Satu-satunya yang dapat membangkitkan kembali daya hidup mereka adalah Tuhan. Bagian akhir Mazmur 89 merupakan appeal umat kepada Tuhannya. Mereka sadar jika semuanya adalah akibat dosa mereka. Tetapi, "berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau bersembunyi terus menerus, berkobar-kobar murka-Mu laksana api?...betapa sia-sia Kauciptakan semua anak manusia!" "Di manakah kasih setia-Mu yang mula-mula, ya TUHAN, yang telah Kaujanjian dengan sumpah kepada Daud demi kesetiaan-Mu?" (47, 48, 50). Karena relasi yang intim dengan Tuhan, umat berani mengungkapkan perasaannya dengan jujur.


Tuhan tidak pernah menolak mendengar segala keluh kesah dan kepahitan umat-Nya yang diungkapkan secara jujur kepada-Nya. [SS]

Diamlah dan Dengarkanlah Allah!

Ayub 37:1-24

Diamlah dan Dengarkanlah Allah!

Dalam Ayub 37:14 tertulis: "Berilah telinga kepada semuanya itu, hai Ayub, diamlah, dan perhatikanlah keajaiban-keajaiban Allah". Demikianlah nasihat Elihu kepada Ayub setelah dia memperlihatkan segala keperkasaan Allah dalam ciptaan-Nya. Perkataan Elihu mungkin terlalu keras untuk orang sekelas Ayub, yang dinyatakan Allah sendiri sebagai pribadi yang saleh dan takut akan Allah. Namun demikian, dibalik kata-kata kerasnya, agaknya dia berupaya mengingatkan Ayub akan keterbatasan manusia dan mengajaknya untuk berdiam diri dan memerhatikan keajaiban-keajaiban yang diperlihatkan Allah.

Berdiam diri memang bukan perkara mudah. Karena berdiam diri sering tampak statis dan terlihat tidak berbuat apa-apa. Berkata-kata setidaknya membuat orang merasakan diri sebagai pengendali. Jika berdiam diri terasa dikendalikan, maka berkata-kata membuat orang merasa mengendalikan keadaan.

Bagi Elihu, berdiam diri akan memampukan manusia lebih cermat memahami alam, juga Allah
yang menciptakan semuanya itu. Berdiam diri akan membuat manusia lebih mampu mengenal Allah. Berdiam diri akan membuat dia tidak sibuk lagi dengan kata-katanya sendiri, dan akhirnya mendengar suara Allah.

Semasa hidup, Bunda Teresa pernah membagikan kisah perjumpaannya dengan seorang imam dan teolog India. Peraih hadiah Nobel perdamaian itu berkata, "Saya mengenal beliau sangat baik, dan saya berkata kepadanya, 'Romo, Anda berbicara tentang Allah sepanjang hari. Alangkah dekatnya Anda dengan Allah!' Dia menjawab, 'Saya mungkin berbicara terlalu banyak tentang Allah, tetapi saya mungkin berbicara terlalu sedikit kepada Allah.' Dan kemudian dia menjelaskan, 'Saya mungkin mengutamakan begitu banyak kata dan mungkin mengutarakan begitu banyak kata, tetapi jauh di lubuk hati saya tidak punya waktu untuk mendengarkan. Padahal dalam keheningan hatilah, Allah berbicara kepada kita.'" Ya, diamlah dan dengarkanlah Allah! Dari situ kita bisa lebih mengenal Allah dan memuliakan-Nya! [YM]

Baca Gali Alkitab 7

Ayub 37:1-24
Allah Israel adalah Allah yang Mahabesar dan Mahamulia. Suaranya seperti guruh dan guntur. Segala yang terjadi dalam alam semesta merupakan hasil karya tangan-Nya yang ajaib. Tanpa pemeliharaan-Nya atas ciptaan, manusia tidak berdaya melangsungkan kehidupannya di dunia. Itu sebabnya Allah ditakuti oleh semua orang.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang Elihu rasakan tentang kebesaran Allah (1)?
2. Bagaimana Elihu menggambarkan suara Allah (2-5)?
3. Apa yang Allah lakukan ketika Ia bersabda (6-13)?
4. Apa saran Elihu terhadap Ayub (14)?
5. Apa gugatan Elihu kepada Ayub (15-21)?
6. Apa gambaran Elihu terhadap kehadiran Allah (22-24)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa yang Anda pelajari dari perkataan Elihu mengenai kebesaran Allah?
2. Allah bukan hanya Mahabesar, tetapi juga Mahabijak. Mengapa Elihu mengatakan seperti itu?
Apa respons Anda?
1. Setelah mengetahui keagungan Allah, apa yang Anda ingin katakan kepada-Nya dalam doa?
2. Dalam hikmat-Nya, tiada dosa sekecil apa pun yang dapat disembunyikan dari-Nya. Jika Anda melakukan pelanggaran, apa pengakuan dosa Anda?

Pokok Doa:
Memuji akan kebesaran Allah yang telah menopang dan menuntun hidup kita.

Pertobatan yang Menyembuhkan

Ayub 36:1-33

Pertobatan yang Menyembuhkan

Elihu masih meneruskan serangannya secara halus kepada Ayub. Meskipun pernyataan yang diberikan Elihu kepada Ayub terkesan positif dengan kalimat yang menguatkannya untuk menjalani penderitaan dengan sikap iman yang tepat. Jika dilihat secara saksama, pernyataan Elihu memiliki motif negatif yang bertujuan menjatuhkan mental Ayub.

Kali ini Elihu memanipulasi sikap Tuhan yang prihatin terhadap kesejahteraan orang yang berbuat dosa dan memberinya kesempatan untuk bertobat. Ia mengatakan bahwa Allah tidak ingin seorang pun menderita-dan dalam pikirannya bahwa penderitaan selalu diakibatkan oleh perbuatan dosa-melainkan ingin "menempatkan mereka untuk selama-lamanya di samping raja-raja di atas tahta, sehingga mereka tinggi martabatnya" (7). Bukan hanya terbebas dari penderitaan, tetapi juga kembali menjadi manusia yang bermartabat.

Seandainya ada teguran, itu dimaksudkan untuk memuliakan pribadi yang ditegur, "Jikalau mereka mendengar dan takluk, maka mereka hidup mujur sampai akhir hari-hari mereka dan senang sampai akhir tahun-tahun mereka" (11) Sayang sekali, sikap positif dari Tuhan ini tertutup dengan rentetan panjang kalimat-kalimat sindiran yang menusuk secara tidak langsung kepada Sang Sahabat yang sedang menderita.

Hati yang menyimpan kemarahan membuat orang mati dalam kebebalannya, bahkan pada usia yang masih muda (12-14). Teriakan kesakitan tidak dapat melepaskan orang dari penderitaan berat sebagai akibat dari dosanya. Karena itu, satu-satunya jalan adalah kembali ke jalan Tuhan. Ia mengembalikan lagi kesegaran seperti tanah tandus yang disiram oleh air hujan yang segar; atau terang pada kegelapan (27-30). Jadi, jika Elihu memiliki iktikad baik, seharusnya bacaan berakhir pada 36:31. Karena motifnya kurang baik, muncullah murka Tuhan di akhir perikop ini.


Menyadari kesalahan, mengakuinya dengan jujur kepada Tuhan, lalu berbalik ke jalan yang benar akan melegakan dan menyembuhkan jiwa. [SS]

Allah yang Berdaulat dan Bijaksana

Ayub 34:1-37

Allah yang Berdaulat dan Bijaksana

Elihu menyatakan kebenaran yang lain, yaitu Allah berdaulat melakukan apa saja dan Ia tidak pernah melakukan kesalahan apa pun dalam menilai seseorang dan tindakannya. Allah tidak pernah 'berlaku curang' (10) karena Ia Mahaadil dan Mahakuasa (12). Bagi Elihu, keadilan Allah itu mutlak dan siapa pun tidak dapat menggoyahkan-Nya. Manusia hanya bisa menerima, mengamini, dan merasakannya dalam kehidupannya tanpa dapat mengajukan protes. Saking mutlaknya kedaulatan Allah sampai-sampai "...Ia menarik kembali Roh-Nya dan mengembalikan nafas-Nya pada-Nya maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu" (14-15).
Dalam hal ini, Elihu melihat Allah hanya berhenti pada satu titik, yakni Ia berdaulat dan adil. Secara tersirat, ia hendak mengatakan bahwa Allah pasti membenarkan orang yang berlaku benar dan memberinya pahala. Allah yang sama juga menurunkan azab atau sengsara kepada mereka yang melakukan kejahatan, sekalipun seseorang berupaya menutupi perbuatan jahatnya (21-22). Di sini, kita melihat Allah yang Mahakuasa dan Mahaadil memberikan hukuman yang setimpal untuk semua pelaku kejahatan.

Untuk hal yang positif, Elihu menyatakan secara tidak langsung, namun untuk hal yang negatif ia menyatakannya dengan terus-terang. Dengan lugas, ia hendak mengatakan bahwa malapetaka dan sakit penyakit yang diderita Ayub merupakan hukuman Tuhan yang disebabkan oleh semua kejahatan yang dilakukannya. Secara bertahap, ganjaran ini akan berakhir dengan kematian yang mengerikan (23-25). Karena itu, Elihu menasihati Ayub untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui kesalahannya. Hanya dengan cara ini, Ayub dapat terlepas dari kesengsaraan yang menimpa hidupnya. Sebab bagi Elihu, penderitaan Ayub adalah hukuman Tuhan atas dosa-dosanya.

Tuhan memiliki kedaulatan penuh, ketegasan, dan keadilan. Tetapi, Ia juga mempunyai kebijaksanaan yang tidak terjangkau akal budi manusia. Karena itu, jangan main hakim sendiri terhadap sesama. [SS]

Allah yang Kreatif

Ayub 33:1-33

Allah yang Kreatif

Elihu hendak meyakinkan Ayub bahwa pendapatnya diilhami oleh hikmat Allah. Sebab itu, ia menyatakan bahwa perkataannya "keluar dari hati yang jujur" (3-4) dan bukan sekadar "merasa lega" (32:20). Dalam hal ini, Elihu sedang menyalahgunakan ajaran yang benar untuk menyalahkan pembelaan diri Ayub.

Allah punya banyak cara kreatif untuk menyatakan rencana dan kehendak-Nya kepada umat-Nya. Elihu menyatakan bahwa Tuhan dapat menyatakan diri-Nya melalui mimpi (15; bdk. Mat. 1:20, 2:12 kepada orang Majus dan 2:13, 19 pada Yusuf). Sesungguhnya, Elihu hanya ingin menyatakan bahwa penderitaan berat yang dialami Ayub harus dilihat sebagai salah satu cara Allah berkomunikasi untuk menyatakan kehendak, kedaulatan, dan kekuasaan-Nya terhadap Ayub. Ternyata, Ayub tidak peka memahami cara kerja Allah (19a). Karena itu, Ayub membutuhkan malaikat Allah sebagai mediator untuk menyatakan jalan yang benar dan mendoakannya agar Ayub terlepas dari penderitaan (23-24).
Tentu saja melalui penderitaan seseorang dapat berjumpa dengan Tuhan. Dalam penderitaan ada makna rohani yang mendorong seseorang melakukan pengakuan akan kebergantungan kepada kemahakuasaan Tuhan semata. Karena itu, tidak ada seorang pun diperbolehkan melakukan generalisasi terhadap penderitaan seseorang sebagai akibat dari dosa atau kejahatan yang dilakukannya. Tidak selalu penderitaan disebabkan oleh perilaku jahat seseorang. Selalu ada kemungkinan bahwa penderitaan seseorang terjadi akibat kesalahan atau kejahatan orang lain. Contohnya, bukankah Yesus mengalami penderitaan dan Ia menerimanya sebagai 'salib' yang harus dipikul-Nya.

Allah dapat berbicara kepada kita melalui pengalaman hidup yang konkret. Ada kemungkinan bahwa Ia hendak menunjukkan pemeliharaan-Nya, atau pun menegur supaya kita tidak jatuh semakin dalam.

Setiap saat Tuhan berharap dapat berkomunikasi secara kreatif dengan umat-Nya melalui Alkitab. [SS]

Allah Sumber Hikmat

Ayub 32:1-22

Allah Sumber Hikmat

Elihu berpegang pada pendapat umum yang menganggap bahwa seseorang yang berumur lanjut pasti berhikmat dan tidak demikian halnya dengan orang muda (6). Pandangan ini lazim karena orang yang lanjut umur diyakini memiliki banyak pengalaman karena dianggap sudah makan asam garam kehidupan.

Elihu mempunyai paradigma sendiri. Ia menyakini bahwa 'roh Allah yang di dalam manusia dan nafas Yang Mahakuasa' (8) yang memungkinkan seseorang berhikmat. Karena itu, ia berpendapat bahwa "hanya Allah yang dapat mengalahkan dia [Ayub], bukan manusia" (13). Dalam hal ini, pemikiran Elihu benar karena hikmat dalam hidup orang beriman tidak boleh didasarkan pada akal budi manusia, panjangnya usia, kekuasaan, dan kekayaan yang dimiliki manusia. Sebab, hikmat adalah pemberian Allah yang berharga dan tidak ternilai.

Meskipun Elihu menyatakan kebenaran bahwa hikmat berasal dari Allah, tetapi penulis kitab ini menyatakan alasan mengapa Elihu bersikeras untuk mengemukakan pendapatnya. Alasan utamanya adalah "supaya merasa lega" (20). Kalimat tersebut hanya bersifat emosional belaka. Sebenarnya, motif terselubung Elihu adalah menyalahkan dan mengalahkan Ayub ketimbang menimbulkan kesadaran sahabatnya. Dengan berani, Elihu memanipulasi pandangan yang benar untuk menguatkan posisinya yang sedang berdebat dengan Ayub. Malahan, ia berani bersumpah apabila pendapatnya tidak benar, maka "...Pembuatku akan mencabut nyawaku" (22).

Alih-alih menguji apakah motif Elihu saat ia mengutarakan pendapat sesuai dengan hikmat Tuhan atau tidak. Sebagai anak-anak Tuhan, sebaiknya kita menguji terlebih dahulu pendapat atau pandangan yang diutarakan tentang diri sendiri, orang lain, atau Tuhan dan karya-Nya melalui hikmat-Nya dan disertai dengan doa.


Sebelum suatu pendapat atau pernyataan dilontarkan kepada orang lain, hendaknya pandangan tersebut diuji terlebih dahulu, apakah sesuai dengan ajaran Alkitab atau tidak, sebelum dinyatakan secara terbuka. [SS]

Kabar Baik 17 Desember 2016

Shalom.
Tangan yang meraihmu ketika kamu terjatuh akan lebih berharga dari seribu tangan yang menyalamimu ketika kamu berhasil. »nn«
Yesaya 59:1  Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;
Hidup adalah anugrah dan kasih karunia, tekanan seberat apapun jangan sampai kita menjadi tawar hati, sebab tangan Tuhan tetap menyertai kita selamaNya.
Dia sangat mengenal seluruh aspek hidup kita, bahkan mengetahui setiap jengkal jalan hidup kita, oleh sebab itu bersyukurlah kepadaNya sebab pemeliharaanNya begitu luar biasa bagi kita.
Percayalah bagi kita yang takut akan Dia, sebab tangan Tuhan yang selalu melindungi dan memelihara hidup kita.
Yosua 4:24  supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu."
Immanuel.

I Salam,
Yayasan Anggur Baru Ministry
PAUD Anggur Baru | Gerakan Sentuhan Kasih | SMS Firman Tuhan | Layanan Doa | Kabar Baik
SK KEMHUNKAM No : AHU-0012926.AH.01.04.Tahun 2015
Equipping people to Know, Grow and Show God Love's.
Rek. Bank Pelayanan : (Mandiri) 108-001-1625564; (BCA) 808-5044-032; (BRI) 0159-01-009253-53-2

Jln. Batu Bintang #7 B. Batrem Kota Dumai |( : 0852-78144777 | Twitter : @YABMinistry

Rabu, 14 Desember 2016

Kabar Baik 14 Des 2016

Shalom.

Tanpa perjuangan takkan ada kemerdekaan, tegar dan satukan tekad, untuk semangat merdeka.
»SisingamangarajaXII«

Efesus 6:12  karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.

Waktu percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat kita semua sudah dimerdekakan, akan tetapi untuk mempertahankan kemerdekaan itu kita harus berjuang.
Perjuangan kita bukan melawan yang kelihatan, tetapi yang tidak kelihatan, terutama keinginan daging kita.

Matius 26:41  Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Penguasa kegelapan menjadi pengumpan yang baik agar kita jatuh kedalam pencobaan, bila kita tidak mau berjuang untuk berjaga jaga, maka kita pasti akan kalah lalu menjadi pecundang.
Jadi hidup adalah perjuangan, kita tidak boleh lengah sedikitpun, sebab ada singa yang siap menerkam dan menghancurkan hidup kita.


Immanuel.

Allah Berempati

Ayub 35:1-16

Allah Berempati


Rupanya Elihu mau menanggapi sikap Ayub yang membela diri dan menyatakan bahwa ia tidak berbuat jahat, meskipun Ayub tidak tahu mengapa dirinya mengalami azab Tuhan. Kalimat "Apakah kelebihanku bila aku berbuat dosa" (3b) harus dipahami dalam konteks penalaran metode logika. Misalnya, seseorang bisa menjadi kaya raya karena Tuhan memberkatinya. Tuhan hanya memberkati orang-orang yang diperkenan-Nya. Orang yang diperkenan-Nya adalah orang-orang saleh seperti Ayub (1:1-5). Ayub menjadi kaya raya karena ia adalah orang yang 'taat beribadah'. Jadi dalam imajinasi Elihu, seolah-olah Ayub berkata mustahil Tuhan memberkati hidupnya dengan berlimpah-limpah jika ia melakukan banyak kejahatan.

Kalau motivasi Elihu tulus dalam rangka mengajak Ayub melakukan introspeksi diri, seharusnya kalimatnya berbunyi, "Jikalau engkau berbuat dosa, apa yang akan kau lakukan terhadap Dia? Kalau pelanggaranmu banyak, apa yang kau buat terhadap Dia? Jikalau Engkau benar, apakah yang kau berikan kepada Dia? Atau apa yang diterima-Nya dari tanganmu?" (6-7). Kenyataannya, Elihu mengutamakan asumsi negatif ketimbang hal yang positif. Di sini kalimat Elihu bernada tendensius. Artinya, seakan-akan Elihu berempati kepada Ayub dengan cara mengedepankan sifat Allah yang empatik dan berbelas kasihan. Padahal, Elihu memakai cara halus untuk "memaksa" Ayub mengakui kejahatannya agar sahabatnya mendapatkan pengampunan Allah.

Allah bukanlah Pribadi yang acuh tak acuh, sebaliknya Ia adalah Allah yang peduli dengan kondisi kita. Meski umat-Nya telah berdosa kepada-Nya, asalkan datang di hadapan-Nya dan mengaku segala pelanggaran dengan hati yang tulus dan jujur, maka Ia akan memberikan ampunan. Inilah makna positif dari kalimat negatif Elihu pada Ayub 35:13-16, walau kebenaran ini dipakai dengan motif yang salah oleh Elihu untuk memojokkan sahabatnya, Ayub.

Allah adalah Pribadi yang berbelas kasihan. Ia rindu umat-Nya dapat hidup dalam damai sejahtera-Nya. [SS]

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...