Minggu, 17 Mei 2015

Artikel : EMPAT OBAT MUJARAB

EMPAT OBAT MUJARAB


Ada seorang anak muda. Ia telah berusaha memberikan dasar yang kokoh bagi keluarganya. Namun ia menemukan kekosongan di dasar sanubarinya. Ia dilanda kecemasan dan kehilangan arah hidup. Semakin hari situasinya semakin parah. Ia memutuskan untuk pergi ke dokter sebelum menjadi amat terlambat.

Setelah mendengarkan keluhannya, dokter memberikan empat bungkus obat sambil berpesan, "Besok pagi sebelum jam 9 pagi engkau harus menuju pantai seorang diri sambil membawa ke empat bungkus obat ini. Jangan membawa buku atau majalah. Juga jangan membawa radio atau tape. Bukalah bungkusan obat sesuai dengan waktu yang tertera pada bungkusnya, yakni pada jam 9, jam 12, jam 3 dan jam 5. Dengan mengikuti resep yang ada di dalamnya aku yakin penyakitmu akan sembuh."

Keesokan harinya, antara percaya dan ragu, ia pergi juga ke pantai. Tepat jam 9, ia membuka bungkusan obat yang pertama. Tapi tak ia dapati obat di dalamnya, cuma secarik kertas dengan tulisan: “Dengarlah.”

Dia heran, tapi akhirnya patuh juga. Ia lalu duduk tenang mendengarkan desiran angin pantai serta deburan gelombang yang memecah bibir pantai. Ia bahkan secara perlahan-lahan mampu mendengarkan setiap detak jantungnya sendiri yang menyatu dengan alam di pantai itu. Telah begitu lama ia tak pernah duduk dan menjadi sungguh tenang seperti hari ini. Ia terlampau sibuk dengan usahanya. Saat ini ia merasa seakan-akan jiwanya dibasuh bersih.

Jam 12 tepat. Ia membuka bungkusan obat yang kedua. Tentu seperti halnya bungkusan yang pertama, tak ada obat yang didapati kecuali selembar kertas bertulis: "Mengingat."

Ia beralih dari mendengarkan "musik" pantai yang indah dan nyaman itu dan perlahan-lahan mengingat setiap jejak langkahnya sendiri sejak kanak-kanak. Ia mengingat masa-masa sekolahnya dulu, mengingat kedua orang tuanya yang senantiasa memancarkan kasih di wajah mereka. Ia juga mengingat semua teman yang ia cintai dan tentu juga mencintainya. Ia merasakan ada segumpal kekuatan dan kehangatan hidup memancar dari dasar batinnya.

Ketika ia membuka bungkusan ketiga saat waktu menunjukan jam 3 tepat, ia menemukan secarik kertas dengan tulisan: "Menimbang dan menilai motivasi."

Ia memejamkam mata, memusatkan perhatiannya untuk menilai kembali niat pertama ketika ia membangun usahanya. Saat itu yang menjadi inspirasi utama ia membuka usahanya adalah secara gigih bekerja untuk melayani kebutuhan sesamanya. Namun ketika usahanya kini telah memperoleh bentuknya, ia lupa hal ini dan hanya berpikir tentang keuntungan yang bakal diperoleh. Keuntungan kini menjadi penguasa dirinya, ia telah berubah menjadi manusia yang egoistis, serta lupa memperhatikan nasib orang lain. Ia kini seakan telah mampu melihat akar penyakitnya sendiri, ia menemukan alasan yang senantiasa membuatnya cemas.

Ketika matahari telah hilang dan bentangan laut berubah merah, ia membuka bungkusan obatnya yang terakhir. Di sana tertulis: “Tulislah segala kecemasanmu di bibir pantai." Ia menuju bibir pantai, lalu menuliskan kata "cemas." Ombak datang serentak dan menghapus apa yang baru dituliskannya. Bibir pantai seakan disapu bersih, kata "cemas" yang baru ditulisnya hilang ditelan ombak.

Siapakah tokoh utama dalam kisah di atas?

Mungkin aku, mungkin pula anda. Pernahkah aku secara tulus mendengarkan bahasa batinku sendiri? Atau pernahkah aku mengingat segala yang manis maupun pahit yang terjadi di masa silam namun telah membentuk siapa aku saat ini? Apa yang menjadi motivasi utama hidupku hari ini dan esok? Dan apa kecemasanku? Mari kita menuliskan setiap beban dan kecemasan kita di atas salib Yesus, Salib yang memberikan kekuatan. Sebab Ia sendiri pernah berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Matius 11:28.

* * * * *

Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal. (Yohanes 4:14)

Tidak ada komentar:

8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI

 8 NASIHAT UNTUK PARA SUAMI “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya...