SEMANGAT HIDUP
Selamat siang sobat.
Lama rasanya saya tidak menulis dan berbagi tulisan dengan rekan-rekan yang dikasihi Allah. Semoga rekan-rekan semua selalu dalam perlindungan Allah dan segala yang dilakukan sungguh menghasilkan buah berlimpah.
Sobat, semalam dikarenakan saya tidak bisa tidur, saya menyempatkan menonton televisi dan disana ada film bagus tentang kebangkrutan sebuah perusahaan dan ternyata pemimpin perusahaan itu yang "merampok" aset perusahaan itu hingga karyawannya mengalami kesulitan karena mereka telah menanamkan semua uang pada perusahaan itu.
Dalam masa-masa kesulitan itu, sebagian karyawan termasuk karyawan "eselon" yang juga mengalami kesulitan mencari cara untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya.
Sebagian dari mereka menjadi "perampok" dan ada yang usaha "judi" di rumahnya untuk mempertahankan hidupnya.
Sekali lagi situasi sulit yang terjadi dalam negeri itu.
Situasi yang tidak menentu karena adanya kesulitan keuangan di mana keluarga tidak mampu menghidupi keberadaan anggota keluarganya.
Yah ini hanyalah film dan berakhir dengan kegembiraan karena berkat seorang bekas anggota itu berhasil mengembalikan uang dari pemilik perusahaan yang merampok uangnya dengan dimasukkan pada dana pensiun karyawan perusahaan itu dan semua bersuka cita karena memperoleh kembali uang mereka setelah perampokan oleh pemimpin perusahaan ini.
Tapi bagaiamana jika hal itu sungguh terjadi dalam kehidupan ini.
Beberapa hari yang lalu, saya juga dihadapkan oleh keadaan yang cukup tidak mengenakkan menghadapi "prahara" keluarga.
Sebuah keluarga pedagang bubur yang biasa mangkal di depan rumah kami, teryata pedagang ini mengalami kecelakaan dan harus masuk rumah sakit serta motor mereka "hancur" sedangkan motor itu masih motor kreditan.
Berdagang adalah "tulang" punggung kehidupan kelaurga itu disamping suami pedagang itu yang kerja serabutan ikut orang, dan motor itu adalah salah satu kekayaan yang diandalkan kerena rumah mereka jauh dan motor itu pula yang harus dipakai untuk antar jemput sekolah anaknya. Serta jika tidak ada motor maka biaya transportasi kedua anak keluarga itu mencapai 25 ribu karena dari rumah pedagan itu tidak ada angkot.
Keadaan sungguh tidak membahagiakan dan dunia serasa kiamat bagi pedagang bubur itu.
Ini adalah kenyataan hidup, dalam serba ketidakberdayaan itu, motor kreditan sudah ditarik oleh pihak yang memberikan kredit dan semua menjadi gelap serta hanya ada satu andalan hidup yaitu dari suami pedagang itu yang hanya bekerja serabutan ikut orang dengan motor butut yang dimilikinya.
Namun semangat ada dalam keluarga itu, pedagang bubur itu tidak lagi jualan bubur dan tugas antar jemput anaknya diserakan penuh kepada bapak anak itu dan dilakukan sebelum dan setelah bekerja.
Jadi kedua anak yang satu SMK dan yang satunya SD selalu berangkat bersama bapaknya dan pulang menunggu bapaknya pulang kerja.
Berangkatnya sich tidak masalah karena bisa diatur jamnya tapi pulangnya yang menjadi masalah karena bapak anak ini pulangnya tidak selalu pada jam yang sama tergantung permintaan pekerjaan dari orang yang membutuhkan tenaganya.
Bapak itu bisa pulang jam 5 sore, bisa jam 6 sore dan bisa jam 11 malam.
Pernah karena ada lembur anak itu harus menunggu sampai jam 1 malam dan kedua anak itu duduk di depan rumah kami sambil tidur-tiduran.
Keadaan itu terus berlangsung hingga saat ini dan tadi malam ada kejadian yang membuat saya sedih yaitu kedua anak itu sudah kelihatan jenuh dan capek karena jam 10 malam bapaknya belum pulang, setiap menelpon bapaknya, bapaknya marah-marah karena motornya rusak.
Eh, jam 11-an bapaknya datang dengan "menuntun" motor karena motornya tidak bisa menyala.
Bapak anak itu langsung bilang, "Jangan telpon terus, bapak juga capek bukan kamu saja yang capek".
Anaknya bilang, "Besok ulangan dan saya tidak mau masuk sekolah karena capek".
Bapaknya bilang, "Ya sabar, bapak kan gak sengaja bikin motor rusak".
Saya tidak tahu mereka ngomong apa lagi karena kedua anak itu langsung jalan meninggalkan rumah kami dan motor bapak itu dititipkan di rumah kami.
Bapak itu sebenarnya ingin meminjam motor pada saya tetapi sayang karena motor yang biasa saya pakai adalah motor gereja yang sudah saya kembalikan beberapa waktu lalu dan saya tidak memiliki motor lagi.
Saya menanyakan apakah ada uang untuk pulang, syukurlah bapak itu bilang masih ada dan cukup untuk naik ojek.
Pagi harinya kedua anak itu ternyata masuk sekolah dengan naik ojek dan bapaknya datang agak siangan dengan naik ojek pula.
Kedua anak itu telah memiliki semangat lagi untuk menjalani hidup dan perjalanan sekolahnya, serta mampu mengatasi rasa malas dan capek setelah semalam kesal karena lama menunggu bapaknya yang tak kunjung datang dan datangpun dengan motor yang rusak sehingga tidak bisa cepat pulang sedangkan mereka perlu belajar untuk ulangan.
Orang kecil sering dibuat kecil oleh keadaan dan hidup ini.
Tapi jika semangat itu ada maka keadaan tidak bisa "mengebiri" atau "mengecilkan" mereka dan mereka bisa tetap mengatasi masalah 'pengecilan' dalam hidupnya.
Hal ini karena adanya semangat untuk terus dan terus maju melawan keadaan yang memperkecil kehidupan mereka.
Jika semangat itu ada dalam diri, maka tentulah akan ada jalan keluar dan hidup akan keluar sebagai pribadi yang kuat walaupun diperkecil dan dipersempit ruang gerak oleh kehidupan ini. Berani mendobrak rasa malas, rasa capek, rasa putus asa dan rasa rendah diri adalah pintu untuk menemukan semangat baru mencapai apa yang ada di depan kehidupan.
Belajar dari keadaan menjadikan orang menemukan semangat pula. Dari kehidupan kita belajar dan dari kehidupan pula kita diberi pelajaran. Tak ada yang mustahil bagi mereka yang memiliki semangat karena semangat adalah pintu gerbang keajaiban.
Semoga kebaikan selalu ada dalam hidup kita dan kita tumbuh sebagai orang yang bersemangat dalam keadaan apa pun termasuk keadaan yang serba sulit sekalipun.
Semua pasti bisa diatasi apalagi kita memiliki Allah yang selalu memperhatikan hidup kita.
Jika kita memiliki impian dan kita berusaha mewujudkannya maka Allah dan seluruh alam akan bahu-membahu membantu kita.
Salam dalam cinta membangun dunia baru dengan semangat baru agar semua menjadi lebih baik.
Jangan biarkan rasa malas, rasa capek, rasa putus asa dan rasa rendah diri memasuki hidup kita karena sekali mereka masuk maka kita akan diikatnya dan kita sulit keluar darinya.
Teruslah bersemangat dan terus menemukan semangat baru dari kehdupan ini.
Seperti keluarga tukang bubur dengan kedua anaknya ini, mereka tetap memiliki semangat untuk maju walaupun kesulitan ada dalam kehidupan mereka.
Salam dalam semangat seperti keluarga tukang bubur ini. (Petrus P)
* * * * *
Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:12,13)